Bisnis.com, LANGKAT - Kementerian Pertanian meminta Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk melakukan stabilitasasi harga guna mengantisipasi disparitas harga antara petani dan konsumen yang semakin tinggi.
Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Kementerian Pertanian Ali Jamil mengungkapkan telah terjadi anomali harga yang berfluktuasi dan cenderung naik.
Menurutnya, harga gabah cenderung mengalami penurunan saat dibeli dari petani sebagai price taker dan sesampai di konsumen harganya cukup mahal.
"Pedagang sebagai price maker, profit margin pedagang terlalu besar, harga berfluktuasi dan cenderung naik dan disini peran Bulog diperlukan," ungkap saat membaca sambutan pembukaan panen raya mewakili Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di Langkat, Senin (29/2/2016).
Dia mengharapkan Bulog agar membeli gabah dari petani langsung dengan harga pembelian pemerintah (HPP), untuk mengurangi dismaritas harga antara petani dan konsumen.
Selain itu, Ali meminta kepada Bulog untuk berperan dalam menjamin stok di pasaran dan menjaga harga agar tidak anjlok.
Adapun harga gabah kering panen (GKP) senilai Rp3.800--Rp4.000 per kg dari petani, sedangkan harga gabah kering giling (GKG) saat panen raya hanya mencapai Rp5.000 per kg, sedangkan pada bulan-bulan sebelumnya, harga GKG sempat menyentuh Rp5.700 per kg.
Di sisi lain, Ali menilai harga beras yang sampai di konsumen cenderung tinggi bukan disebabkan oleh aspek produksi, akan tetapi didorong oleh lima faktor yakni sistem distribusi yang belum efisien, logistik yang belum tertata, panjangnya rantai pasok tata niaga sekitar tujuh sampai sepuluh rantai, asimetri informasi pasar dan struktur serta perilaku pasar yang belum bersaing sempurna.()