Bisnis.com, DENPASAR - Sumber daya manusia pariwisata di Bali dinilai paling siap menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean, karena sejak puluhan tahun menggeluti bidang ini, kendati belum tersertifikasi.
Menurut Sekretaris PHRI Bali Perry Markus, masalah yang muncul saat ini adalah bagaimana mendorong pelaku pariwisata yang sejak lama berkecimpung tersebut untuk mengikuti sertifikasi.
"Ini masalah. Kalau yang baru tamat mereka sudah dapatkan kompetensi, tetapi yang jadi masalah bagaimana memacu teman-teman yang sudah dari dulu berkecimpung," ujarnya dalam diskusi MEA di Denpasar, Senin (29/2/2016).
Dia menyarankan pemerintah ikut berperan lebih lagi dalam hal pendanaan sertifikasi sehingga pekerja ikut sertifikasi. Dia menegaskan pemberlakuan MEA tidak perlu disikapi dengan kekhawatiran berlebihan, karena sebenarnya pelaku pariwisata siap untuk bersaing.
Ketua Serikat Pekerja Pariwisata Badung Putu Satyawira menambahkan pada saat ini belum diketahui dengan pasti jumlah pekerja pariwisata yang tersertifikasi. Namun, diperkirakan dari total pekerja pariwisata, hanya 30%yang sudah tersertifikasi.
Masih minimnya jumlah pekerja tersertifikasi, dikarenakan bidang yang ada penilai sertifikasi atau aksesor hanya beberapa seperti bagian front office. Adapun bidang lain seperti penjualan dan teknik mesin belum ada.
"Sesungguhnya kalau dibilang siap ya siap, tetapi maaf saja ini kepepet," tegasnya.