Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aptrindo Miliki Metode Perhitungan Tarif "Saling Menguntungkan"

Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia [Aptrindo] miliki metode perhitungan tarif angkut barang yang dinilai adil bagi para pelaku usaha angkutan truk dan para pelanggannya.
Truk logistik
Truk logistik

Bisnis.com., CILEGON - Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia [Aptrindo] mengaku punya metode perhitungan tarif angkut barang yang dinilai adil bagi para pelaku usaha angkutan truk dan para pelanggannya.

Wakil Ketua Aptrindo Sugi Purnoto menuturkan metode perhitungan tarif yang adil tersebut adalah metode back to back cost.

Metode tersebut dipakai dan disepakati antara pelanggan dan transporternya dengan menggunakan selisih kenaikan atau penurunan harga BBM terhadap tarif angkutan. “Tarif penting bagi kita,” kata Sugi, Cilegon, Kamis (25/2/2016).

Dalam metode tersebut, langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan menyepakati terlebih dahulu jarak tempuh dalam kilometer. Misalnya untuk rute Jakarta–Surabaya jarak tempuhnya 800 kilometer.

Kemudian, ujarnya,  tentukan rasio BBM untuk jenis truk yang digunakan, jenis truk WB dengan rasio bahan bakar 1 liter untuk 3 kilometer atau 1:3. Selain itu, kesepakatan awal lainnya adalah jumlah liter yang digunakan.

Setelah kesepakatan terjadi maka selisih harga BBM dikalikan dengan jumlah liter yang sudah disepakati kemudian dikurangkan atau ditambah dalam tarif angkutan.

Dengan metode tersebut, Sugi yakin para pelaku usaha truk akan mendapatkan keuntungan seperti analisa yang cepat. Analisa yang cepat dapat membuat penyesuaian tarif yang cepat juga. Dengan begitu ketika harga solar mengalami kenaikan atau penurunan tidak perlu melakukan negosiasi.

“Tidak habis energi,” tambahnya. Hanya saja, kerugian dari metode tersebut adalah tidak bisa melakukan modifikasi tarif saat naik atau turun.

Berbeda dengan metode back to back cost, metode persentase biaya bbm terhadap tarif dinilainya agak complicated dan membutuhkan waktu yang lebih lama. Kemudian metode tersebut juga analisanya lebih lama dan bisa timbul kondisi bias dalam perhitungannya.

Adapun kerugian perhitungan dengan metode persentase biaya bbm terhadap tarif dapat menimbulkan konflik meskipun masih bisa melakukan modifikasi tarif.

Dalam metode tersebut biasanya disepakati terlebih dahulu berapa besar persentase bbm terhadap tarif, bisa 25%, 30%, atau 35%. Kemudian, persentase tersebut dikalikan dengan tarif. Dengan begitu, didapat estimasi biaya BBM dibagi dengan rasio truk dan diketahui jumlah liter yang digunakan.

Lalu selisih harga bahan bakar dikalikan dengan jumlah liter kemudian dikurangkan atau ditambahkan dalam persentase biaya bahan bakar terhadap tarif dengan acuan yang sama.

Metode perhitungan tarif lainnya adalah dengan menggunakan tabel sebagai acuan kenaikan atau penurunan tarif bahan bakar. Dalam metode yang terakhir ini, dia menilai, sangat complicated. Kemudian, akan lebih banyak bagi para pelaku usaha menghabiskan waktunya untuk melakukan negosiasi.

Tidak hanya itu, metode tersebut juga akan lebih mudah menimbulkan konflik karena tidak ada standar yang valid terkait dasar perhitungannya. “Apakah tarif pertama benar atau tidak? [metode tabel] Tidak ada perhitungannya,” kata Sugi.

Terkait dengan perhitugan tarif, dia menambahkan, para pelaku usaha agar segera melakukan perubahan dengan metode back to back cost. Hal tersebut karena pada awal April tahun ini rencananya harga solar akan kembali diturunkan oleh pemerintah.

Dia menuturkan besaran turunnya tarif Rp300–Rp400 per liter. Dengan begitu, harga solar yang sebelumnya sebesar Rp5.650 per liter akan berada di kisaran Rp5.350 per liter. Turunnya harga bahan bakar juga berarti akan ada permintaan turunnya tarif.

Harga bahan bakar memang mengalami penurunan, namun beberapa komponen lainnya tidak. Dia menyebutkan, saat ini upah pegawai telah mengalami kenaikan. Begitu juga dengan suku cadang lantaran melemahnya nilai tukar rupiah. “Bagi tranporter, penurunan tarif tersebut bagi kita merupakan masalah,” katanya.

Menanggapi metode perhitungan tarif tersebut, Manajer Operasi PT Tirta Indra Kencana Febrianto Lukito menuturkan keikutsertaannya dalam seminar yang diadakan oleh Aptrindo adalah untuk melihat model perhitungan tarif mana yang paling sesuai dengan perusahaannya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yudi Supriyanto

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper