Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha Truk Khawatirkan Harga Suku Cadang

Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) khawatir nilai kurs impor yang semakin tinggi lambat laun berimbas pada mahalnya harga suku cadang.
Seorang pekerja membawa sejumlah knalpot mobil di pasar suku cadang otomotif/Reuters-Adnan Abidi
Seorang pekerja membawa sejumlah knalpot mobil di pasar suku cadang otomotif/Reuters-Adnan Abidi

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) khawatir nilai kurs impor yang semakin tinggi lambat laun berimbas pada mahalnya harga suku cadang.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor Indonesia pada Januari 2016 mencapai US$10,45 miliar atau turun 13,48% dibandingkan dengan Desember 2015 dan menurun 17,15% jika dibandingkan dengan Januari 2015.

Untuk impor non migas per Januari 2016 mencapai US$9,23 miliar atau turun 10,22% dibandingkan dengan Desember tahun lalu.

Begitu pula nilai impor untuk golongan bahan baku atau penolong dan barang modal selama Januari 2016 yang mengalami penurunan dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya masing-masing 22,03% dan 18,96%.

Ketua Umum Aptrindo Gemilang Tarigan berpendapat angka penurunan ini memang berdampak pada seluruh produk yang mengandalkan pasokan dari luar negeri.

Untungnya angka ini diakui Gemilang tak berdampak signifikan terhadap pasokan suku cadang di Indonesia. Menurutnya, stok suku cadang tahun ini tidak kekurangan sekalipun angka impor menurun awal tahun.

“Spare part sudah cukup dalam beberapa bulan ke depan. Yang menjadi masalah adalah semakin tinggi kurs impor yang membuatnya semakin mahal,” kata Gemilang kepada Bisnis.com pada Kamis (18/2/2016).

Kenaikan kurs ini dikhawatirkan pengusaha transportasi dan angkutan barang akan membuat lonjakan pada harga suku cadang.

Gemilang pum memakluminya, karena pada umumnya suku cadang diadakan oleh pihak kedua yakni agen tunggal pemegang merek (ATPM). Dalam rangka memenuhi spare part yang habis, ujarnya, pengusaha biasanya juga mengandalkan dealer center.

“Umumnya stok spare part selalu tersedia. Tapi, kalau kurs terus naik, harga akan semakin mahal, dan itu kenaikannya akan berlipat-lipat,” ungkapnya.

Kekhawatiran akan turunnya jumlah stok suku cadang hanya akan terjadi jika denyut aktivitas perdagangan mengalami penurunan drastis dan berimbas pada kelangkaan barang dan kenaikan harga yang lebih parah.

Seperti yang dilansir dari data BPS, pada pertengahan Januari 2016 nilai rupiah terdepresiasi 0,96% terhadap dolar Amerika. Level terendah rata-rata nasional kurs tengah eceran rupiah terhadap dolar AS terjadi pada pekan ketiga Januari 2016 yakni Rp13.863,13 per dolar AS.

Sedangkan menurut provinsi, level terendah kurs tengah terjadi di Aceh sebesar Rp14.000 per dolar AS pada pekan kedua Januari 2016.

Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Sofyan Djalil mengatakan impor barang yang masuk pada Januari 2016 merupakan pesanan pada Oktober 2015 sampai November 2015.

Menurut Sofyan, order barang impor yang dilakukan Januari 2016 baru akan masuk pada Maret dan April tahun ini. Oleh sebab itu, nilai impor Januari 2016 yang menurun 13,48% dibandingkan dengan Desember 2015 belum menjadi indikator buruknya ekonomi awal tahun.

“Kalau angka per bulan saya pikir belum bisa menjadi indikator. Ada waktu yang dibutuhkan, kan itu konsekuensi investor,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper