Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KESEPAKATAN AETS : Gapkindo Pangkas Ekspor 17% Per Bulan

Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) akan memangkas sebesar rata-rata 17% ekspor karet alam per bulan.
Karet Alam
Karet Alam
Bisnis.com, JAKARTA – Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) akan memangkas sebesar rata-rata 17% ekspor karet alam per bulan.
 
Langkah itu menyusul kesepakatan pengaturan tonase ekspor karet (Agreed Export Tonnage Scheme/AETS) yang ditandatangani negara-negara ITRC (International Tripartite Rubber Council) beberapa waktu lalu.
 
Direktur Eksekutif Gapkindo Moenardji Soedargo menyampaikan mulai Maret hingga Agustus tahun ini, anggota Gapkindo akan memangkas total 238.736 metrik ton ekspor karetnya. Volume ini berkontribusi sebesar 38,8% dari total penahanan ekspor yang dilakukan oleh negara-negara ITRC.
 
Adapun, Thailand sebagai produsen karet terbesar akan memangkas volume ekspornya sebesar 324.005 metrik ton atau 52,7%, sedangkan Malaysia akan memangkas ekspor sebesar 52.259  metrik ton atau 8,5%.
 
Secara total, negara-negara ITRC akan mengurangi ekspor 615.000 metrik ton selama periode Marte-Agustus tahun ini.
 
“Kami mendapat penugasan resmi langsung dari Kemendag [Kementerian Perdagangan] untuk melaksanakan perjanjian AETS. Kami sampaikan, momen ini sangat tepat karena kini harga karet sangat rendah,” ungkapnya di Jakarta.
 
Moenardji menyampaikan dengan adanya kesepakatan ini, diharapkan harga komoditas karet tidak akan beranjut mengalami kejatuhan. Apalagi, di beberapa daerah, penebangan pohon karet masif dilakukan oleh para petani.
 
Saat ini, harga karet alam di tingkat petani anjlok hingga Rp4.000 per kilogram. Harga karet konsisten turun meski kapasitas pabriknya besar karena komoditas tersebut amat dipengaruhi harga minyak dunia.
 
Merespons kesepakatan AETS, Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Gamal Nasir menyampaikan pihaknya akan mendorong kementerian terkait untuk dapat meningkatkan investasi di produksi akhir sehingga harga di tingkat petani dapat kembali meningkat.
 
“Di dalam negeri kitainginnya ada percepatan untuk konsumsi dalam negeri seperti untuk kereta api, untuk infrastruktur seperti aspal. Malaysia itu sudah duluan, kita ketinggalan. Dengan ini mudah-mudahan konsumsi dalam negeri akan naik,” kata Gamal. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dara Aziliya
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper