Bisnis.com, MUMBAI - Operator bandara asal India GVK akan membentuk perusahaan patungan atau joint venture corporation dengan PT Angkasa Pura I pada tahun ini untuk membangun bandara baru di Temon Kulon Progo Yogyakarta.
Karthi Gajendran, President Airport Development GVK, mengatakan pihaknya juga menyiapkan dana hingga US$500 juta untuk mendanai pembangunan bandara baru itu.
"Tahun ini, pembentukan perusahaan patungan (untuk membangun bandara Yogya) akan dilakukan," katanya di sela-sela menerima kunjungan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan dan delegasi Indonesia di Bandara Internasional Chhatrapati Shivaji Mumbai, India, Minggu (14/2/2016).
Dia menjelaskan GVK berani menginvestasi dana cukup besar di Yogya karena nilai investasi itu bakal kembali dalam periode waktu tertentu. Gajendran menambahkan tingginya angka pertumbuhan jumlah penumpang pesawat udara di Indonesia menambah keyakinan investasi itu bisa menguntungkan. Dia memproyeksikan bandara baru itu bisa melayani 20 juta penumpang per tahun.
Untuk masa konsesi bandara baru Yogya, dia menyatakan belum bisa memberikan informasi lebih detail dengan alasan masih mendiskusikan lama operasi bandara baru dengan Pemerintah Indonesia. "Kami dalam posisi siap mengikuti regulasi yang ada di Indonesia. Umumnya di India, konsesi bandara bisa mencapai 60 tahun, tapi di Indonesia saya belum tahu."
GVK merupakan perusahaan dari India yang sukses mengembangkan Bandara Internasional Chhatrapati Shivaji dan Bandara Bangalore. PT Angkasa Pura I telah merencanakan bandara baru di Kulon Progo akan menggantikan Bandara Adi Sutjipto di Yogyakarta. Bandara Kulon Progo akan menjadi bandara pertama yang dibangun tanpa menggunakan dana pemerintah.
Sementara itu, Menhub Ignasius Jonan menyatakan GVK bisa melanjutkan kerja sama dengan PT Angkasa Pura I untuk membangun bandara baru di Yogya. Menhub menegaskan kepemilikan bandara oleh asing tidak bisa melebihi 49% sesuai dengan Undang-Undang No. 1/2009 tentang Penerbangan.
"Bandara tidak bisa mayoritas asing tapi pengelolaannya bisa mayoritas seperti hotel, miliknya nggak boleh tapi pengelolaannya bisa mayoritas asing," ujarnya.
Jonan mencontohkan langkah GVK India yang bekerja sama dengan PT Angkasa Pura I mengelola terminal di Bandara Ngurah Rai dengan kepemilikan saham hingga 65%. Jonan menegaskan GVK belum mengajukan lama konsesi pengelolaan bandara baru Yogya. "GVK belum (mengajukan konsesi)."