Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha Karet Menolak Industri Crumb Rubber Dibuka 100% untuk Asing

Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara menolak keras pembukaan keran investasi asing bagi industri crumb rubber. Bagi Gapkindo Sumut, hal ini justru akan mematikan industri dalam negeri.
Karet/ilustrasi
Karet/ilustrasi

Bisnis.com, MEDAN - Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Utara menolak keras pembukaan keran investasi asing bagi industri crumb rubber. Bagi Gapkindo Sumut, hal ini justru akan mematikan industri dalam negeri. 

Sekretaris Gapkindo Sumut Edy Irwansyah menjelaskan, alasan utamanya adalah kapasitas tak terpakai pabrik crumb rubber yang sudah ada di Indonesia. Dia merinci, saat ini kapasitas industri crumb rubber indonesia melebihi 5,17 juta ton per tahun, sementara bahan baku yang tersedia 3,18 juta ton.  

"Ada idle capacity lebih dari 40%. Pemerintah tahu persis, devisa terbesar kedua Indonesia setelah migas adalah karet. Penurunan devisa yang tajam terjadi bukan karena pengusaha tidak mampu meningkatkan kinerjanya. Industri crumb rubber ini sudah lesu 5 tahun belakangan karena fundamental kompleks. Selain minimnya bahan baku, ada lagi pengurangan permintaan dari Amerika Serikat, Tiongkok dan Jepang. Kemudian minyak dunia harganya turun," papar Edy, Jumat (12/2/2016). 

Lebih lanjut, Edy mengatakan, pemerintah terburu-buru mengambi keputusan pembukaan investasi asing 100% bagi industri crumb rubber. Kedatangan investasi asing, menurutnya hanya akan menambah beban terhadap harga karet yang cenderung terus menurun. 

"Pemerintah seharusnya justru memberikan 'vitamin' bagi industri crumb rubber Indonesia. Industri dalam negeri itu tidak akan bisa bersaing dengan investasi asing yang bunga modal kerjanya 3%, sementara kita 13%. Bagaimana persaingan mau setara dan sehat?" tambah Edy. 

Kendati demikian, dia berharap pemerintah masih mau membangun industri crumb rubber domestik. Beberapa upaya yang bisa dilakukan yakni untuk jangka pendek melakukan moraturium penambahan dan kapasitas pabrik. Seain itu, bekerja sama dengan Thailand, Malaysia, dan Vietnam untuk menyeimbangkan pasokan dan permintaan. Untuk jangka panjang yakni hilirisasi. 

"Apabila konsumsi dalam negeri masih di bawah 50%, maka harga karet masih bergantung pada pasar global. Pemerintah seharusnya mengundang PMA untuk industri hilir," pungkas Edy. 

Sebelumnya, dalam paket kebijakan X, pemerintah mengubah komposisi saham asing menjadi 100% untuk industri crumb rubber yang semula hanya 49%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper