Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Shell Bantu Tingkatkan Efisiensi Biaya Operasional Industri CPO

PT Shell Indonesia, perusahaan produsen minyak dan gas, menawarkan solusi pelumas yang dapat membantu industri kelapa sawit agar operasional hariannya lebih efisien.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - PT Shell Indonesia, produsen minyak dan gas, menawarkan solusi pelumas yang dapat membantu industri kelapa sawit agar biaya operasional hariannya lebih efisien.

Pakasa Doori, B2B Marketing Manager Global Commercial Shell Indonesia, mengatakan produk Shell siap untuk terus membantu industri kelapa sawit dalam meningkatkan efisiensi biaya operasional mereka.

“Turunnya harga crude palm oil memberikan tantangan bagi para pelaku industri minyak kelapa sawit untuk dapat meningkatkan efisiensi biaya operasional,” katanya dalam siaran pers, Kamis (11/2/2016).

Menurutnya Shell memiliki beberapa produk pelumas yang dapat memenuhi kebutuhan industri kelapa sawit, diantaranya Shell Rimula R4X, Shell Spirax S4 TXM SAE 10W-30, Shell Omala dan Shell Gadus.

Selain itu, lanjutnya, Shell juga memiliki layanan teknis untuk industri crude palm oil (CPO) yaitu Shell Lube Advisor and Lube Match, Shell Lube Analyst, Shell Lube Coach, Shell Lube Videocheck dan Shell Gadus Tactic.

Dia menjelaskan kini potensi kebutuhan pelumas untuk industri minyak kelapa sawit di Indonesia mencapai 17 juta liter per tahun dan Shell siap untuk senantiasa membantu memenuhi kebutuhan sektor tersebut.

Guna meningkatkan komunikasi dengan pelaku industri CPO, Shell Indonesia belum lama ini menyelenggarakan seminar bertajuk 2016 Shell Palm Oil Lubricants Solution Seminar di Medan .

Mengingat tahun ini industri kelapa sawit nasional menurut prediksi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) masih menghadapi  kecenderungan turunnya harga CPO global maupun harga minyak mentah dunia yang menyentuh US$30 per barel.

Seperti tahun lalu, data GAPKI menyebutkan harga rata-rata harga CPO tidak mampu mencapai US$700  per ton atau turun 25% dari periode 2014 sebesar US$ 818,2 per ton.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nurudin Abdullah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper