Bisnis.com, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Moenardji Soedargo mengatakan asosiasi sebenarnya sudah meminta kepada pemerintah untuk kembali mensosialisasikan sistem resi gudang dalam rangka pembatasan ekspor yang akan dimulai pada 1 Maret nanti.
“Supaya bagi eksportir yang membutuhkan financing, itu bisa mendapatkan fasilitas resi gudang. Dan lebih dari itu, yang kita mintakan dari pemerintah untuk diupayakan keringanan bunga. Sehingga dalam menjalankan AETS ini beban yang dipikul menjadi lebih ringan,” kata Moenardji kepada Bisnis, Selasa (9/2/2016).
Pemanfaatan sistem resi gudang dan keringanan bunga akan sangat membantu para eksportir yang harus menahan stok karetnya dalam skema pengurangan ekspor. Adapun, kendati mengurangi ekspor, eksportir tetap menyerap karet dari petani karena pabrik harus tetap beroperasi. Pabrik yang idle akan membuat perusahaan rugi, karena masih ada beban biaya operasional, tetapi produksi tidak berjalan.
“Pabrik itu prinsipnya adalah kalau tidak mau rugi operasi harus jalan sebanyak-banyaknya, baru ongkos produksi itu terserap dalam operasinya. Kalau tidak produksi, beban produksinya terbebani tanpa ada produksi barang. Anggota Gapkindo itu pasti tetap berproduksi. Untuk berproduksi butuh barang, itu pasti. Dari petani masih terserap.”
Hingga saat ini sistem resi gudang sama sekali belum dimanfaatkan di sektor karet. Dari sepuluh komoditas yang mampu menerapkan sistem tersebut, baru enam komoditas yang telah memanfaatkan mekanisme resi gudang diantaranya gabah, beras, kopi, rumput laut, jagung, dan kakao.