Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Badan Usaha Prakarsai Pembangunan 6 Ruas Jalan Tol

Badan Pengatur Jalan Tol (BPT) tengah mengkaji enam ruas tol yang diprkarsai sejumlah badan usaha pada tahun ini, yang jika dinilai layak akan mendapatkan persetujuan dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk dilanjutkan ke tahap lelang.
Perkembangan pembangunan jalan tol hingga Januari 2016. / Bisnis
Perkembangan pembangunan jalan tol hingga Januari 2016. / Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA—Badan Pengatur Jalan Tol (BPT) tengah mengkaji enam ruas tol yang diprakarsai sejumlah badan usaha pada tahun ini, yang jika dinilai layak akan mendapatkan persetujuan dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk dilanjutkan ke tahap lelang. 

Keenam ruas tersebut yakni Jakarta-Cikampek II, Jakarta Elevated, Semanan-Balaraja, Kamal-Teluk Naga-Balaraja, , Tegal-Cilacap dan Batas Jawa Tengah-Cilacap-Yogya-Solo.  Dari keenam ruas tersebut, baru proyek Jakarta-Cikampek II usulan Jasa Marga yang disetujui Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 

Kepala BPJT Herry Trisaputra Zuna mengungkapkan, setelah memberikan persetujuan kepada proyek Jakarta—Cikampek II, kini pihaknya tengah menyelesaikan kajian terhadap proyek Jakarta elevated yang juga diusulkan oleh emiten berkode JSMR tersebut. 

“Yang kita bahas sekarang yang elevated, dan Semanan—Balaraja. Kita lihat dulu  kecukupan dokumennya,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis, Senin (11/01). 

Menurutnya, ada dua prakarsa ruas tol baru di Banten. Pertama, ruas  Semanan—Balaraja sepanjang 31,67 km dengan nilai investasi Rp11,31 triliun yang diusulkan oleh Grup Alam Sutera, sementara yang ruas Kamal-Teluknaga-Balaraja sepanjang 48,3 km dengan nilai investasi Rp18 triliun diusulkan oleh Salim Group dan Agung Sedayu Group. 

Kedua proyek tol di Banten ini diusulkan mengingat kebutuhan transportasi di kawasan tersebut yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, tol ini juga diusulkan untuk menunjang sektor properti serta kawasan industri baru yang bermunculan di kawasan tersebut. 

Sementara itu, investor asal Malaysia United Engineers Malaysia (UEM) Berhad juga telah menyampaikan minatnya untuk memprakarsai tol Tegal-Cilacap-Jawa Tengah dan Batas Jawa Tengah-Cilacap-Jogja. Namun, investor yang memiliki konsesi ruas tol Cikopo-Palimanan (Cipali) ini belum menyerahkan proposal dan studi kelayakan. 

Selain itu, UEM sempat menyampaikan minatnya untuk membangun ruas tol  Cileunyi—Tasik—Banjar sepanjang 15,69 km. Pembangunan tol ini diprakarsai oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang hingga kini masih melakukan studi kelayakan. 

Herry menuturkan, tol ini memang dibutuhkan mengingat volume kendaraan yang terus bertambah, terlebih saat arus mudik lebaran tiba. Pihaknya memperkirakan, dalam lima tahun ke depan jalan arteri di kawasan ini tidak akan mampu lagi menampung kendaraan. 

“Cileunyi-Tasikmalaya masih dini sekali. FS [feasibility study] juga belum ada, meskipun sebetulnya butuh karena kita memikirkan lima sampai sepuluh tahun ke depan,” ujarnya. 

Di luar enam ruas tersebut, Herry mengatakan pemerintah akan melelang tol Legundi—Bunder di Jawa Timur pada kuartal pertama tahun ini. Ruas tol yang membutuhkan investasi mencapai Rp5,9 triliun ini diprakarsai oleh PT Waskita Karya. 

Berdasarkan ketentuan BPJT, badan usaha yang memprakarsai usulan pembangunan ruas tol baru akan memperoleh keuntungan bila pemerintah menyetujui pelelangannya. Keuntungan tersebut antara lain mendapatkan hak untuk menawar kembali (right to match) dalam masa pelelangan, atau hak mendapatkan bonus seperti  10% diskon nilai proyek  dari penawar terendah, ataupun pembelian atas hak prakarsa.

Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basoeki Hadimoeljono mengungkapkan persetujuan mengenai usulan tol Jakarta elevated dapat diputuskan pada bulan ini. PIhaknya masih harus menuntaskan kajian mengenai lahan, mengingat ruas tol ini akan menggunakan lahan yang sama dengan yang digunakan untuk proyek Light Rail Transit Jabodetabek dan kereta cepat Jakarta—Bandung.

“Kita lihat lagi, nanti juga akan ada LRT dan high speed train. Mudah-mudahan bulan ini kita sudah bisa bilang go or no go,” ujarnya.

Menurutnya, pembangunan  proyek tol yang diperkirakan menelan investasi hingga Rp14 triliun itu dimungkinkan karena tidak memerlukan banyak lahan baru  yang perlu dibebaskan, mengingat konstruksi dilakukan di atas jalan tol eksisting. Hal ini berbeda dengan proyek Jakarta—Cikampek II di mana pembangunannya memerlukan pembebasan lahan industri yang diperkirakan akan memakan banyak waktu.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Deandra Syarizka
Editor : Setyardi Widodo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper