Bisnis.com, JAKARTA--Aksi mogok serikat pekerja PT Jakarta International Container Terminal dipandang sebagai bentuk ketidakpuasan karyawan karena manajemen tidak menjalankan rekomendasi DPR RI.
Praktisi Kepelabuhanan Suppy Chain Indonesia (SCI) Anang Hidayat mengatakan kabar aksi mogok kerja serikat pekerja PT Jakarta International Container Terminal (JICT) sudah diketahuinya sejak pekan lalu.
Menurut Anang, aksi mogok itu memiliki keterkaitan atas kasus Richard Joost Lino karena PT JICT tidak menjalankan rekomendasi angket panitia khusus DPR RI terkait kasus Dweeling Time Pelindo II.
"Nampaknya sebagian pekerja yang mogok bermasalah dengan pimpinan saat ini, karena banyak juga pekerja yang loyal kepada Pak Lino," kata Anang saat dihubungi Bisnis, Senin (11/1/2015).
Anang beranggapan aksi mogok tersebut juga disebabkan sejumlah karyawan menolak pemecatan 38 karyawan JICT oleh pihak manajemen. Dengan kondisi tersebut, manajamen terbukti belum menjalankan rekomendasi DPR RI nomor tiga agar tidak memberanguskan otoritas serikat pekerja.
"Aksi ini nampaknya memang ingin menunjukkan wajah arogansi dari manajemen sendiri," tambahnya.
Sekalipun PT JICT sudah melakukan sejumlah antisipasi dengan menyiapkan operator di lapangan, Anang beranggapan sejumlah keluhan dari pengusaha transportasi penyebrangan dan logistik pasti akan terjadi.
"Ini semua buruh tidak jalan, kontainer juga buntu, pasti stakeholder yang ujung-ujungnya diminta memahami sehingga stakeholder harus melajukan reschedule jadwal kerja," terangnya.
Dihubungi secara terpisah, Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki N Hanafi tak menampik aksi mogok kerja ini menambah kegaduhan sejumlah masalah arus barang dan transportasi di Pelabuhan Tanjung Priok.
"Banyak masalahnya, saya belum bisa berkomentar mungkin setelah aksi sungguh dilakukan saya baru bisa memberikan tanggapan sesuai yang terjadi di lapangan," tuturnya.