Bisnis.com, JAKARTA - Kantor Staf Presiden menyiapkan strategi untuk mengatasi tingginya kebutuhan energi Bahan Bakar Minyak dengan mengalihkannya kepada energi bahan bakar gas.
Teten Masduki, Kepala Staf Kepresidenan mengatakan impor BBM setiap hari mencapai US$100 juta sehingga dengan adanya fluktuasi rupiah terhadap dolar AS membuat neraca transaksi berjalan selalu tertekan.
Oleh karena itu, saat ini KSP melakukan kajian agar untuk mengurangi BBM impor perlu dilakukan pemanfaatkan gas alam menjadi energi yang bisa dimanfaatkan penggunaannya secara maksimal.
“Yang kita siapkan [adalah] perubahan penggunaan BBM ke gas. Ini baru tahap studi. Jadi itu yang kami pikirkan di KSP,” katanya di Jakarta, Minggu (13/12/2015).
Menurut Teten, cadangan gas alam Indonesia cukup banyak dan murah sehingga bisa dipakai untuk menggantikan BBM impor untuk konsumsi rumah tangga, transportasi umum, power plant industri, listrik dan lainnya.
Persiapan yang dilakukan sampai implementasi memakan waktu kurang lebih dua hingga tiga tahun sehingga kurang lebih 2018 baru terwujud.
Studi ini selanjutnya akan disampaikan kepada Presiden Joko Widodo untuk didiskusikan kepada Menteri terkait apakah mungkin dilakukan atau tidak.
“Kami tidak mengambil fungsi kementerian lain tapi kami bisa mengusulkan isu strategis dan jalan keluarnya. Tentu dari hasil studi kami, Presiden mengundang menteri terkait untuk membicarakan kebijakan atau perubahan penggunaan BBM ke gas. Itu banyak yang harus didandani,” ujar Teten yang pernah menjabat Tim Komunikasi Presiden.