Bisnis.com, TANGERANG—Tingkat penghunian kamar hotel di Provinsi Banten selama September menyusut 0,89 poin menjadi 55,97% dibandingkan bulan sebelumnya terpengaruh tiga hal.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Banten Achmad Sari Alam menyatakan penurunan tersebut tidak semata terpengaruh perlambatan pertumbuhan ekonomi. Permasalahan kabut asap turut memengaruhi ditambah kejenuhan terhadap destinasi wisata yang begitu-begitu saja.
“TPK 55,97% sebetulnya masih wajar karena ada masalah gunung meletus, kabut asap jadinya yang transit di Soekarno-Hatta berkurang,” katanya kepada Bisnis, akhir pekan ini.
Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel pada September, kendatipun turun secara bulanan, tetap menjadi yang tertinggi kedua sepanjang 2015. TPK paling tinggi terjadi pada Agustus 56,87%.
Badan Pusat Statistik (BPS) Banten juga menyatakan TPK September sebetulnya meningkat 1,66 poin jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu (year on year).
Penurunan TPK dinilai bisa kembali turun pada Oktober dan November karena situasi alam yang belum membaik. Kabut asap maupun gejolak gunung berapi membuat berbagai penerbangan menuju Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten terhambat bahkan tak sedikit dibatalkan.
Pada sisi lain daya beli masyarakat juga dinilai melemah. Kondisi ini tampak dari pertumbuhan ekonomi yang melambat. Pada triwulan kedua secara year on year pertumbuhan tercatat 5,26%, sedangkan memasuki triwulan ketiga hanya tumbuh 5,18% (yoy).
“[Selain alam dan perekonomian] atraksi destinasi wisata di Banten juga itu-itu saja sehingga orang jenuh dan akhirnya penginapan okupansinya turun,” tutur Achmad.
Seperti yang dijelaskan pada paragraf awal, PHRI menilai tidak masalah okupansi pada bulan kesembilan menyusut tipis dibandingkan dengan Agustus. Secara kumulatif tahun ini tingkat penghunian kamar hotel diyakini naik 5% - 10% terhadap realisasi tahun lalu yang dikisaran 50% - 60%.