Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perindustrian menyatakan pertumbuhan produksi industri kecil menengah sebesar 6,87% pada kuartal III/2015 year on year disebabkan minimnya pengaruh situasi ekonomi hingga meningkatnya kreativitas pelaku mencari segmen pasar baru.
Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Euis Saedah mengatakan daya tahan IKM yang lebih lentur menghadapi perlambatan pasar dan situasi ekonomi global menyebabkan gerak industri lebih menarik.
Menurutnya, dengan adanya perlambatan daya beli, malah pelaku IKM mencari produk alternatif guna menggantikan kebutuhan yang tak terbeli.
“Masing masing sektor punya pendorongnya tidak bisa disamakan semua. IKM tidak terlalu memusingkan dolar ataupun pasokan bahan baku impor, mereka di satu sisi lebih mandiri,” tuturnya kepada Bisnis.com, Selasa (3/11/2015).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, produksi industri manufaktur mikro dan kecil bertumbuh 6,87% pada kuartal III/2015 dibandingkan dengan kinerja periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, kinerja periode ini menyusut 1,31%.
Pertumbuhan produksi manufaktur IKM yang mengalahkan industri besar dan menengah sebesar 4,22% pada kuartal III/2015 disokong oleh beberapa sektor utama.
Sektor yang bertumbuh perkasa adalah pengolahan tembakau (19,17%), mesin dan perlengkapan YTDL (19,12%), bahan kimia dan barang dari bahan kimia (18,63%), farmasi, obat dan obat tradisional (13,56%). dan lainnya.
Euis mengatakan pertumbuhan permesinan yang diproduksi IKM diarahkan pada teknologi tepat guna atau pengganti permesinan untuk produksi industri lain. Dia mencontohkan mesin penghalus, pemotong dan lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel