Bisnis.com, JAKARTA—Pelaku industri mebel dan kerajinan rotan berharap pemerintah memperbesar kuota tebang lestari rotan yang saat ini sebanyak 120.000 ton pertahun guna mencapai target kinerja ekspor kerajinan rotan senilai US$1,2 miliar pada 2019.
Sekjen Asosiasi Mebel dan Kerajinan Rotan Indonesia (Amkri) Abdul Sobur mengatakan untuk mencapai kinerja ekspor US$1,2 miliar minimal menggunakan bahan baku rotan kering sebanyak 120.000 ton. Sementara itu, dengan kuota saat ini, pasokan rotan kering hanya didapat sekitar 60.000 ton.
“Kalau kuota tebang lestarinya 120.000 ton, itu kan baru rotan basah. Kalau menjadi rotan kering, kira kira bebannya berkurang 50%, sehingga jelas kami membutuhkan kepastian pasokan,” tuturnya, Kamis (22/10).
Indonesia adalah negara penghasil bahan baku rotan terbesar di dunia. Sekitar 85% bahan baku rotan dihasilkan oleh Indonesia, sisanya dihasilkan oleh negara lain.
Dengan demikian, menurutnya, Indonesia memiliki domination value yang besar sebagai pelopor industri barang jadi rotan.
Direktur Utama PT Airlangga BNH Soenoto mengatakan kebutuhan bahan baku rotan untuk pengrajin di seluruh Cirebon setidaknya membutuhkan 3.000 ton rotan kering per bulan yang dapat menghasilkan 1.000 container.
“Nyatanya tidak, sekarang paling kami hanya mendapat pasokan 1.500 ton per bulannya. Bandar besar pemasok bahan baku, tidak mampu memenuhinya,” katanya.