Bisnis.com, JAKARTA – Grup Wilmar siap memutus kontrak kerja sama dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit yang kedapatan membakar lahan gambut secara sengaja.
Sekretaris Perusahaan Grup Wilmar Johannes mengatakan kelompok usahanya berkomitmen mencegah deforestasi di lahan perkebunan sendiri. Komitmen sawit lestari juga termanifestasi dengan mendukung Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Indonesian Palm Oil Pledge (IPOP).
Deklarator IPOP, yang beranggotakan pemilik pabrik pengolahan sawit, akan menghentikan pasokan bahan baku tandan buah sawit (TBS) dari petani dan perusahaan sawit yang melakukan deforestasi.
“Kami siap membekukan pasokan dari perusahaan dan koperasi sawit di Jambi dan daerah lain kalau terbukti membakar,” ujarnya di Jakarta, Jumat (16/10/2015).
Sebelumnya, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menuding area konsesi milik 27 anak usaha Wilmar terindikasi memiliki titik api (hotspot) di empat provinsi, termasuk di Jambi. Jejak api juga ditemukan lembaga swadaya masyarakat itu di Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, dan Riau.
“Kami tidak tahu dari mana Walhi mendapat data-data itu. Padahal, selain empat perusahaan di Sumsel dan tujuh di Kalteng, kami hanya punya dua perusahaan di Riau. Sedangkan di Jambi kami tidak punya kebun, hanya pabrik pengolahan,” ujar Johannes.
Selama ini, pasokan TBS buat pabrik pengolahan milik Wilmar di Jambi dipasok dari koperasi-koperasi petani dan perusahaan sawit. Beberapa lahan perkebunan tersebut tengah mengalami kebakaran.