Bisnis.com, JAKARTA— Nilai tukar yuan turun ke level terendah dalam dua pekan pada saat angka deflasi kian mendalam, sedangkan penurunan impor dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga yang diperkirakan turun akan membuat China kian melonggarkan kebijakan.
Produk domestik bruto naik 6,8% selama kuartal ketiga sekaligus merupakan pertumbuhan terendah sejak 2009. Kondisi itu juga akan mengganggu target pertumbuhan dari pemerintah sebesar 7% untuk setahun penuh, menurut rata-rata perkiraan ekonom berdasarkan survei Bloomberg Senin lalu.
Sedangkan banyak bank China memborong dolar AS di pada saat volumenya lebih rendah dari rata-rata, menurut satu pedagang yang tidak mau disebutkan namanya sebagaimana dikutip Bloomberg, Jumat (16/10/2015).
Yuan turun 0,19% ke 6,3580 per dolar AS pada pukul 12:09 siang waktu Shanghai, menurut nilai yang tertera pada Chinaa Foreign Exchange Trade System. Nilai tukar itu sebelumnya turun ke 6,3581 atau yang terendah sejak 29 September.
Di bursa luar negeri Hong Kong, nilai tukar tersebut mengalami penurunan per pekan terbesar dalam dua bulan setelah kehilangan nilai 0,39%. Yuan melemah 0,27% pada hari ini hingga bergerak ke posisi 6,3633.
“Ini merupakan posisi (yang telah terjadi) menjelang dikeluarkannya data PDB yang diperkirakan akan melenceng dari target 7% per tahun,” ujar Fiona Lim, Senior Currency Strategist Malayan Banking Bhd. Di Singapura.
Yuan masih akan tertekan pada triwulan ini akibat permintaan dolar untuk korporasi guna membayar utang.