Bisnis.com, JAKARTA - Pasar menilai bank sentral belum memiliki ruang untuk menurunkan BI Rate sekalipun nilai tukar rupiah menguat sepanjang dua pekan terakhir. Di sisi lain, posisi suku bunga acuan saat ini juga dianggap cukup memadai untuk menanggkal risiko eksternal.
Dalam survei Bisnis.com terhadap sejumlah lembaga keuangan dan penelitian ekonomi, volatilitas pasar keuangan global yang dihasilkan karena ketidakpastian normalisasi moneter the Fed masih menjadi alasan kunci yang membuat Bank Indonesia (BI) kurang leluasa memainkan instrumen yang dimilikinya.
Otoritas moneter telah menahan BI Rate di posisi 7,5% sepanjang tujuh kali Rapat Dewan Gubernur (RDG) sejak Februari 2015. RDG pada Oktober sendiri dijadwalkan pada hari ini, Kamis (15/10/2015). Berikut konsesus analis yang berhasil dihimpun:
PT Bank Central Asia Tbk | 7,5% |
PT Bank International Indonesia Tbk. (Maybank Indonesia) | 7,5% |
Indef | 7,5% |
Samuel Asset Management | 7,5% |
DBS Bank | 7,5% |
Standard Chartered Bank | 7,5% |
PT Bank Danamon Indonesia Tbk. | 7,5% |
Core Indonesia | 7,5% |
Median | 7,5% |
Rata-rata | 7,5% |