Bisnis.com, TANGERANG—Sikap pemerintah dalam menghadapi perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dinilai belum maksimal dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura.
Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Aviliani berpendapat ketimbang negara tetangga, Indonesia cenderung lebih longgar dalam menerapkan hambatan-hambatan nontarif guna menghalau banjir produk asing ke Tanah Air.
“Untuk MEA kita tidak siapkan apa-apa. Kalau kata pemerintah, pengusaha saja tidak ada yang melapor, berarti mereka siap,” ucapnya, di Tangerang, Selasa (13/10/2015).
Aviliani mencontohkan Malaysia dan Singapura yang menerapkan hambatan nontarif. Dua negara ini membuat standar nasional untuk seluruh produk menjadi sukar dipenuhi produk asing. Walhasil arus masuknya barang dari negara lain tidak lantas membabi buta.
MEA ibarat dua sisi mata uang yang bertolak belakang bagi RI. Pada satu sisi memberikan kesempatan Indonesia memimpin perdagangan di Asia Tenggara. Tapi di sisi lain bisa-bisa RI hanya sekadar menjadi lapak dagang negara tetangga.
Namun demikian, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyatakan potensi Indonesia yang merupakan negara terbesar di kawasan Asia Tenggara dalam memimpin persaingan Masyarakat Ekonomi Asean sangat besar.
"Dari total penduduk saja, Indonesia di atas 40% dalam keseluruhan penduduk Asean. Jadi, potensi kita untuk bersaing dan memimpin sebenarnya sangat besar," kata Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P. Roeslani.
Menurut Rosan, potensi itu juga didukung bahwa sebenarnya 50% perekonomian Asean ada di Indonesia. Tapi masih terdapat banyak hal yang menghambat potensi-potensi tersebut untuk bertumbuh hingga bisa mencapai ke titik maksimal.