Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pertekstilan Indonesia menilai pembentukan tim layanan khusus investasi industri tekstil dan alas kaki oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal akan mempercepat realisasi investasi di kedua bidang usaha.
Ernovian G. Ismy, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), mengatakan tim yang berfungsi sebagai help desk dan berisi perwakilan pemerintah serta asosiasi ini akan membantu seluruh proses perizinan investasi baru.
“Dengan tim ini akan terlihat proses perizinan yang lambat. Karena pendirian industri tekstil melibatkan sejumlah Kementerian, seperti Perindustrian, Perdagangan, dan Pertanian terkait bahan baku,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (5/10/2015).
Dengan adanya help desk ini diharapkan pertumbuhan industri tekstil dapat terbantu. Pasalnya, data terakhir yakni periode Januari-Mei, nilai ekspor produk tekstil hanya mencapai US$5,2 miliar, lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$5,3 miliar.
Pada laporan tersebut, ujarnya, pertumbuhan industri tekstil turun 2%. Penurunan kinerja ekspor akibat melemahnya daya saing produk tekstil Indonesia setelah kenaikan tarif listrik, upah pekerja, serta sulitnya mendapatkan bahan baku.
Menurut data BKPM, realisasi investasi di sektor tekstil pada semester I/2015 mencapai Rp3,88 triliun atau naik 58% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Lebih detail, investasi di sub-sektor industri pengolahan serat tekstil tumbuh 213% senilai Rp2,04 triliun dengan 82 proyek.
Selanjutnya, industri penenunan tekstil tumbuh 613% senilai Rp162 miliar dari 25 proyek, industri pakaian jadi tumbuh 16% sebesar Rp941 miliar, dan industri perlengkapan pakaian tumbuh 563% senilai Rp 216 miliar dari 15 proyek.
Di sektor lain, realisasi investasi alas kaki sepanjang semester I/2015 tercatat Rp759 miliar dari 69 proyek atau melonjak 613% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Saat ini, minimnya pasokan bahan baku di dalam negeri menyebabkan industri tekstil ketergantungan impor. Kebutuhan bahan baku kapas, misalnya, 98% berasal dari impor serta kebutuhan rayon sebagian besar juga impor.
Tercatat hanya serat polyester, bahan baku industri tekstl yang 80% pasokan berada di dalam negeri. Data asosiasi menunjukkan sejak 2008 – 2014 konsumsi kapas turun 13%, sementara polyester naik 61%.