Bisnis.com, JAKARTA— Sejumlah kalangan menilai pembangunan properti di kawasan Surabaya Barat akan meningkat seiring pengerjaan Jalan Lingkar Luar Barat (JLLB) yang menghubungkan Teluk Lamong dengan kawasan Surabaya Selatan.
Sebagaimana diketahui, Pemerintah Kota Surabaya telah memulai pembangunan JLLB yang menghubungkan Teluk Lamong dengan kawasan Surabaya Selatan. Jalur sepanjang 19,8 kilometer itu akan dibandung selebar 55 meter yang terdiri dari 14 lajur.
Pembangunan JLLB dikerjakan oleh Pemkot Surabaya dan delapan perusahaan pengembang dengan porsi 80% dikerjakan oleh pengembang. JLLB diharapkan bisa mengurangi beban arus kendaraan yang selama ini terpusat di tengah kota.
Associate Director Colliers Indonesia Ferry Salanto, mengatakan infrastruktur di Kota Pahlawan sebanrnya sudah cukup baik dan merata. Kawasan Surabaya Barat sendiri sudah cukup maju, terbukti dengan adanya pengembangan yang dilakukan oleh Ciputra Group, PT Intiland Development Tbk.
Sebetulnya, Surabaya Barat sudah mudah diakses melalui Jalan Raya Darmo masuk ke Jalan Mayjen Sungkono yang sudah berbentuk ateri dan cukup lebar. Adanya JLLB berfungsi menghubungkan lokasi utara dan selatan di sisi Surabaya Barat agar bisa melayani lebih luas.
Pusat komersial seperti perkantoran dan pusat perbelanjaan di wilayah barat pun mulai bertumbuh. Saat ini, area komersial masih terpusat di Jalan Embong Malang, dekat Plaza Tunjungan dengan kondisi lahan yang sudah semakin sulit dan mahal.
Ferry menuturkan, dalam membangun atau membeli properti, hal yang paling utama sebagai bahan pertimbangan ialah lokasi. Namun, walaupun lokasinya agak jauh, adanya aksesbilitas yang bagus secara alami tetap dapat mendorong pertumbuhan kawasan.
Developer juga melihat adanya akses JLLB membuat produk properti mereka semakin bernilai, sehingga turut serta dalam pengembangan dan pembebasan lahannya.
Sejak 1990
Presiden Direktur PT Ciputra Surya Tbk Harun Hajadi menuturkan, rencana adanya JLLB sudah ada pada 1990, sejak perseroan mengajukan izin lokasi untuk pengembangan proyek CitraLand Surabaya.
“Kebetulan waktu itu Surabaya sedang mendesain ulang tata kotanya,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (23/9/2015).
Namun, pengembangan infrastuktur tersebut baru bisa terealisasi saat ini. Para pelaku usaha mengaku sangat bersyukur dan berkomitmen membantu pengembangan serta pembebasan lahan 80% infrastruktur JLLB. Dari 80% tersebut, Ciputra Group berkontribusi 50% atau setengahnya
Harun optimis wilayah barat akan bertumbuh menjadi pusat kota yang baru. Oleh karena itu, dengan menggaet perusahaan desain internasional Aedas, Ciputra Surya membenahi tata ruang proyek CitraLand Surabaya seluas 2.000 hektare untuk menjadi “Singapore of Surabaya”.
Di dalamnya, perseroan berencana mengembangkan area komersial seluas 140 hektare dengan menyesuaikan pada desain JLLB. Pembangunan properti seperti perkantoran, pusat perbelanjaan, dan hunian nantinya mengarah ke konsep vertikal.
“Kami akan bangun Mal Ciputra baru seluas 80.000 m2,” tuturnya
Pengembangan CitraLand Surabaya saat ini sudah mencapai 800 hektare. Adapun desain masterplane yang baru mencakup kawasan seluas 1.200 hektare. Harun memperkirakan masterplane yang baru dapat diluncurkan November mendatang.
Perusahaan juga sedang melakukan pembicaraan dengan Wali Kota Surabaya agar JLLB bisa terhubung dengan transportasi publik seperti trem. Menurut Harun, wilayah barat masih macet karena belum adanya fasilitas transportasi umum, sehingga orang memilih memakai mobil pribadi.