Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengapalan Maersk Line Indonesia Melalui Pelabuhan Belawan Menurun

Pengapalan yang dilakukan perusahaan pelayaran peti kemas asal Denmark, Maersk Line melalui Pelabuhan Belawan sepanjang semester I/2015 menurun.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, MEDAN--Pengapalan yang dilakukan perusahaan pelayaran peti kemas asal Denmark, Maersk Line melalui Pelabuhan Belawan sepanjang semester I/2015 menurun.

Penurunan tersebut disebabkan tren penurunan dua komoditas ekspor utama Sumut yakni CPO dan karet yang terus merosot sejak awal tahun.

General Manager Trade and Marketing Maersk Line Indonesia Muhammad Sofyan mengatakan, volume ekspor pada paruh pertama tahun ini menurun sekitar 1%-2% dari periode yang sama pada tahun lalu.

"Tapi, walaupun memang ada penurunan dari ekspor, keseluruhan kinerja kami masih cukup stabil karena ada peningkatan volume impor 6%-7%. Ekspor CPO dan karet dari Sumut memang terus menurun. Kami melihat, negara-negara di Afrika Barat yang biasanya butuh CPO mulai mengurangi permintaannya," ujar Sofyan, Jumat (11/9/2015).

Dia memerinci, Maersk Line Indonesia beroperasi di Belawan satu kali dalam sepekan dengan rerata ekspor 450-500 TEUS. Adapun, dari Belawan, untuk impor ke Sumut paling banyak yakni pupuk, dan hasil industri kimia.

Pelabuhan Belawan, lanjut Sofyan memegang kontribusi cukup besar terhadap pendapatan dari seluruh pelabuhan di Indonesia.

"Tentu ini menjadi perhatian bagi kami. Kontribusi Belawan berada di posisi keempat dari 15 lokasi bisnis kami di Indonesia. Kami juga menilai nantinya dengan adanya Pelabuhan Kuala Tanjung dan KEK Sei Mangkei, Sumut akan menjadi pasar logistik yang besar. Saat ini, Selat Malaka masih menjadi major route," tambahnya.

Sofyan optimistis perlambatan pada semester I/2015 ini akan berubah pada semester II/2015. Pasalnya, terjadi peningkatan investasi asing yang diyakini mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi Sumut.

Lebih lanjut, Sofyan menjelaskan, saat ini di Indonesia, pasar kontainer juga terus menurun.

Dia memerinci, pada kuartal II/2015, permintaan kontainer hanya tumbuh 1,2%, sementara pelaku industrinya tumbuh 7,9%.

Pada akhir tahun lalu, permintaan masih tumbuh 4,3%, dan pelakunya tumbuh 6,4%.

"Jadi, memang timpang antara pelaku dan permintaan kontainer. Kami memprediksi kondisi ini akan bertahan hingga beberapa tahun ke depan. Pelabuhan dengan lalu lintas kontainer terpadat masih di Shanghai, diikuti Singapura, sementara Jakarta posisinya masih jauh di belakang," ucap Sofyan.

Dia memaparkan, Indonesia masih terkendala untuk mengembangkan industri logistiknya.

Pertama, 70% lalu lintas kargo di Indonesia menuju negara-negara di Asia Pasifik.

Kedua, Indonesia masih bergantung pada ekspor komoditas alam yakni hingga 60% dari keseluruhan ekspor.

Selain itu, akibat tidak didukung infrastruktur mumpuni, ongkos logistik menjadi mahal.

"Indonesia harus bebenah. Menyiapkan infrastruktur dan melakukan hilirisasi industri," pungkasnya.

Berdasarkan data BPS Sumut, total ekspor Sumut hingga Juli 2015 mencapai US$4,46 miliar atau merosot 18,82% dari periode yang sama tahun lalu.

Adapun, ekspor CPO memegang peranan terbesar yakni 41,85% atau mencapai US$1,86 miliar.

Sementara itu, ekspor karet dan barang dari karet menduduki posisi kedua yakni 15,69% atau US$699,8 juta.

Kedua nilai ekspor komoditas tersebut secara year on year masing-masing turun 21,01% dan 23,33%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper