Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ginsi Desak Penghapusan Cost Recovery Peti Kemas

Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (Ginsi) mendesak penghapusan cost recovery peti kemas di Jakarta International Container Terminal (JICT) menyusul merosotnya kinerja pelayanan bongkar muat peti kemas ekspor impor di terminal JICT sejak pekan lalu hingga saat ini.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (Ginsi) mendesak penghapusan cost recovery peti kemas di Jakarta International Container Terminal (JICT) menyusul merosotnya kinerja pelayanan bongkar muat peti kemas ekspor impor di JICT sejak pekan lalu hingga saat ini.

Sekjen BPP Ginsi Achmad Ridwan Tento mengatakan cost recovery peti kemas di JICT dikenakan sejak setahun lalu sebagai jalan tengah belum disetujui penyesuaian biaya container handling charges (CHC) di terminal peti kemas pelabuhan Priok yang diusulkan oleh Pelindo II kepada Kemenhub.

"Saat itu pemilik barang tidak keberatan adanya cost recovery peti kemas tersebut dengan catatan standar pelayanan di JICT sesuai yang diamanatkan Kemenhub yakni rata-rata 25-26 boks/crane/hour (BCH). Tetapi sekarang cuma 18 BCH dan ini merugikan pemilik barang, karena itu kami minta cost recovery peti kemas dievaluasi untuk dihapuskan saja di JICT," ujarnya, Rabu (9/9/2015).

Dia mengatakan dampak merosotnya kinerja/layanan JICT saat ini yang rata-rata hanya 18 BCH bakal menurunkan performa terminal peti kemas tersibuk di Indonesia itu.

"Mungkin dampak jangka pendeknya belum terasa tetapi jika kondisi ini berlarut maka jangka panjangnya bisa mengakibatkan mother vessel memilih pindah ke terminal lain atau pelabuhan lain selain Priok," paparnya.

Ridwan mengatakan jika terjadi pengalihan mother vessel dari JICT ke terminal lain di Priok berpotensi menyebabkan kemacetan arus barang dan peti kemas sebab pelayanan hanya terkonsentrasi pada satu titik terminal saja yang belum tentu kapasitasnya bisa menampung volume peti kemas yang eksisting.

Ginsi juga menghawatirkan dampak slowdown layanan JICT akan menimbulkan biaya tambahan atau surcharges keterlambatan bongkar muat yang dikenakan oleh perusahaan pelayaran.

Sekretaris Dewan Pelabuhan Tanjung Priok Subandi justru mengatakan melambatnya layanan bongkar muat peti kemas JICT dikarenakan terminal tidak terlalu fokus pada layanan bongkar muat sebagaimana core bisnisnya tetapi sudah ke yang lain, seperti storage atau penimbunan dan juga pemeriksaan peti kemas karantina atau behandle.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Akhmad Mabrori
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper