Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo meminta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama PT Pertamina (Persero) menyiapkan proses pembangunan kilang dan penampungan bahan bakar minyak (BBM) untuk jangka panjang.
Pramono Anung, Sekretaris Kabinet, mengatakan Presiden Jokowi memberikan tenggat waktu hingga tahun depan kepada Kementerian ESDM dan Pertamina untuk melakukan persiapan pembangunan kilang dan penampungan BBM.
Harapannya, pada 2018 Indonesia telah memiliki kilang baru dan penampungan BBM untuk ketahanan energi nasional.
“Arahan Presiden, selambat-lambatnya mulai dari sekarang segera disiapkan hingga tahun depan untuk pembangunan kilang dan storage jangka lanjang. Mudah-mudahan 2018 sudah selesai,” katanya di Kantor Presiden, Selasa (8/9/2015).
Sudirman Said, Menteri ESDM, mengatakan infrastruktur hilir minyak dan gas bumi (migas) memang kurang mendapat perhatian. Padahal, pemerintah harus memiliki cadangan energi strategis yang hanya dapat digunakan dalam kondisi tertentu.
Menurutnya, Kementerian ESDM sendiri baru mengembangkan dana ketahanan energi yang akan dijadikan kebijakan pemerintah dalam waktu dekat.
Hal tersebut dilaksanakan bersamaan dengan upaya meningkatkan cadangan operasional yang dimiliki pelaku industri hilir migas di dalam negeri.
“Cadangan strategis ini tidak semata-mata menjadi beban Pertamina, tetapi juga beban swasta. Beban investasinya juga tidak hanya ditanggung Pertamina, tetapi dipacu bersama-sama agar cadangan operasional meningkat,” ujarnya.
Sudirman sebelumnya mengatakan saat ini cadangan operasional BBM hanya berkisar 18 hari. Dia menargetkan kenaikan cadangan operasional menjadi 30 hari tahun ini.
Pemerintah juga berencana menggunakan keuntungan dari bisnis BBM untuk meningkatkan cadangan. Akibat rencana tersebut memungkinkan harga BBM tidak turun ketika harga minyak dunia rendah.
Selain untuk menaikkan cadangan, marjin yang cukup diperlukan bagi Pertamina untuk mengembangkan infrastruktur BBM di seluruh wilayah Indonesia.
Bisnis mencatat setiap penambahan stok operasional satu hari membutuhkan biaya Rp1,2 triliun atau membutuhkan Rp26,4 triliun untuk menaikkan dari 18 hari menjadi 30 hari.
Selain membangun terminal penyimpanan baru, Pertamina juga mencari tangki penyimpanan milik badan usaha milik negara (BUMN) yang menganggur agar difungsikan untuk menyimpan cadangan nasional, salah satunya storage milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
PLN memiliki beberapa storage yang tidak terpakai akibat konversi bahan bakar pembangkit dari BBM ke batu bara dan sumber energi lain.
Selain itu, perusahaan migas tersebut juga menjajaki pemanfaatan storage yang dimiliki PT Karatau Steel Tbk. Storage perusahaan lain seperti Chevron Pacific Indonesia juga tengah dijajaki.
Sudirman mengungkapkan dengan memanfaatkan storage menganggur milik BUMN, dia memperkirakan akan ada tambahan cadangan BBM selama 10 hari.