Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menilai para pengusaha sektor kehutanan sudah menjalankan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) tetapi belum terekspos ke publik.
“Selama ini swasta selalu disalahkan atas kerusakan hutan. Tapi rupanya ada pengusaha heroik yang menjalankan CSR dengan baik,” katanya saat peluncuran buku Menyingkap Bisnis Kehutanan Indonesia: Meretas Kiprah yang Tak Tercatat di Jakarta, Senin (31/8/2015).
Siti mengajak kepada para pelaku industri agar mengkomunikasikan dan mendokumentasikan program CSR guna menggugah rasa kemanusiaan publik. Jika tidak, program tersebut dapat hilang dari ingatan.
“Di tengah kemalasan menulis yang melanda sebagian besar elemen bangsa, buku ini dapat jadi oase. Buku ini akan menjawab penilaian negatif serta skeptis beberapa kalangan tentang pelaksanaan CSR oleh perusahaan kehutanan,” kata politikus Partai Nasional Demokrat ini.
Menyingkap Bisnis Kehutanan Indonesia ditulis oleh aktivis lembaga swadaya masyarakat, Diah Y Suradiredja, bersama praktisi media, Sigit Pranomo. Demi mewujudkan buku itu, keduanya berkunjung ke delapan perusahaan di lima wilayah.
Perusahaan yang didatangi adalah PT Riau Andalan Pulp & Paper, PT Arara Abadi, dan PT Diamond Raya Timber di Riau; PT Sari Bumi Kusuma dan PT Finnantara Intiga di Kalimantan Barat; PT Inhutani I di Kalimantan Timur; PT Wijaya Santosa di Papua Barat; serta Perum Perhutani di Jawa.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Soegiono mengatakan industri kehutanan dihantam dengan isu-isu lingkungan hidup, sehingga menutupi CSR yang dilakukan para pebisnis.
Buku ini ditulis oleh orang yang bukan pelaku usaha sehingga jauh dari kesan subyektif. Ini menunjukkan masih ada juga pengusaha yang peduli dengan lingkungan sekitar,” tutur purnawirawan jenderal bintang tiga ini.