Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DEPRESIASI RUPIAH: Industri Tekstil Efisiensi Listrik

Kalangan pengusaha industri tekstil dan produk tekstil melakukan efisiensi penggunaan sumber tenaga listrik guna menekan biaya produksi di tengah perekonomian yang melemah.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, SEMARANG - Kalangan pengusaha industri tekstil dan produk tekstil melakukan efisiensi penggunaan sumber tenaga listrik guna menekan biaya produksi di tengah perekonomian yang melemah. 

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Semarang Agung Wahono mengatakan efisiensi sumber energi dilakukan mengingat biaya produksi yang kian membengkak atas kenaikan tarif dasar listrik. 

Belum lagi, harga bahan baku impor dari produk tekstil terus melonjak seiring dengan pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

“Pengusaha tekstil tidak bisa apa-apa dalam kondisi seperti ini. Jalan satu-satunya efisiensi energi listrik,” papar Agung kepada Bisnis.com, Senin (24/8/2015). 

Pengaruh yang paling terasa atas kondisi pelemahan rupiah seperti sekarang yakni pengusaha tekstil dengan segmen pasar domestik.

Pasalnya, hampir 99% bahan baku yang diperoleh merupakan impor tetapi penjualan menyesuaikan dengan harga dalam negeri. Artinya, dari sisi harga tidak ikut terkerek. 

Adapun, eksportir tekstil juga tidak bisa meraup keuntungan berlebih karena penggunaan bahan baku impor mendominasi. 

“Kami berharap pemerintah mengkaji ulang sejumlah kebijakan yang memberatkan pengusaha terutama industri tekstil. Soal kenaikan tarif listrik bagi industri perlu ditinjau ulang,” terangnya. 

Agung menerangkan langkah pemerintah yang mesti mendadak dilakukan dalam kondisi sekarang yakni menurunkan tarif dasar listrik bagi industri. Jika tidak, pengusaha bisa kelimpungan dan akhirnya melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan. 

Hingga saat ini, tercatat sebanyak 1.200 orang tenaga kerja dari Jateng yang di-PHK dan dirumahkan. Agung menambahkan jumlah tersebut bisa semakin meningkat tatkala pemerintah tidak mengambil kebijakan yang pro pengusaha domestik. 

“Satu sisi, pemerintah gencar tawarkan investasi kepada pihak luar. Namun industri dalam negeri sendiri kelimpungan,” ujarnya. 

Ketua Gabungan Pengusaha Eksportir Indonesia (GPEI) Wilayah Jateng Eddy Raharto mendesak pemerintah mengambil sikap strategis untuk mengurangi kemungkinan gelombang PHK yang terus bertambah.

Menurutnya, kalangan eksportir juga sedikit mengerem produksi sambil menunggu perekonomian global. Dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, lanjutnya, eksportir tidak serta merta menaikkan harga untuk komoditas ekspor.

“Dalam kondisi seperti ini, wait and see itu perlu,” ujarnya. 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Khamdi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper