Bisnis.com, JAKARTA Pemerintah diminta untuk terus melakukan perbaikan iklim investasi sehingga mampu menarik investasi langsung di tengah gejolak pasar keuangan yang belum stabil.
Ekonom BCA David Sumual mengatakan langkah ini dilakukan untuk mengompensasi semakin mengecilnya surplus investasi portofolio sehingga tidak mampu menopang surplus neraca pembayaran Indonesia.
"Portofolio itu masih fluktuatif karena pengaruh global sangat kuat. Makanya, kemudahan investasi terus diperbaiki," katanya, Sabtu (15/8/2015).
Perbaikan iklim investasi salah satunya dilakukan dengan perbaikan birokrasi dan urusan yang menghambat dunia usaha termasuk dwelling time.
Seperti diketahui, akumulasi tergerusnya daya beli masyarakat dan masih bergejolaknya pasar keuangan membuat neraca pembayaran Indonesia kuartal II/2015 kembali berbalik defisit setelah sejak kuartal IV/2013 mencatatkan surplus.
Data neraca pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II yang dirilis Bank Indonesia (BI) kemarin (14/8/2015) disebutkan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) menyempit di posisi US$4,5 miliar dari posisi periode yang sama tahun lalu US$9,6 miliar.
Namun, di saat yang bersamaan, surplus dari transaksi modal dan finansial juga ikut tergerus dalam menjadi US$2,5 miliar dari posisi tahun lalu senilai US$13,9 miliar. Bahkan posisi kuartal I/2015 masih mencatatkan surplus US$6,3 miliar.
Perlambatan Ekonomi
Direktur Departemen Statistik BI Hendy Sulistiowati mengatakan penyempitan surplus modal dan finansial tersebut pada akhirnya tidak dapat membiayai sepenuhnya CAD kendati sudah ikut turun sejalan dengan perlambatan ekonomi nasional.
Other investment yang paling besar defisitnya. Banyak yang membayar utang lebih banyak dari pada menarik utang. Kegiatan ekonomi melambat jadi enggak perlu banyak financing, katanya.
Turunnya penarikan pinjaman luar negeri oleh korporasi sejalan dengan melemahnya kinerja ekonomi Tanah Air. Di saat yang bersamaan, pembayaran pinjaman tetap tinggi sesuai dengan jadwalnya. Selain itu, defisit itu juga didorong oleh meningkatnya penempatan aset sektor swasta pada bank di luar negeri.
Kendati demikian, di tengah ketidakpastian pasar global, investasi portofolio pun menurun dibandingkan periode yang sama tahun lalu karena net jual asing atas saham domestik dan lebih rendahnya net beli asing atas surat utang pemerintah.
Investasi portofolio asing tercatat US$6,7 miliar atau lebih rendah dari capaian kuartal II/2014 senilai US$8,0 miliar. Dari sisi investasi langsung asing, neraca masih tercatat surplus senilai US$3,6 miliar tapi tetap lebih rendah dibandingkan tahun lalu US$3,7 miliar.
Menurutnya, masih surplusnya investasi langsung asing didorong oleh besarnya penarikan pinjaman dari pihak afiliasi yang mencerminkan masih positifnya persepsi investor terhadap kondisi fundamental Indonesia.
Walau mencatatkan defisit pada NPI kuartal II, Hendy berujar masih ada peluang berbalik surplus pada tahun ini apabila pemerintah mampu meyakinkan investor dengan penggenjotan belanja infrastruktur sehingga dapat mengakselerasi laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).
Dari sisi CAD, sambungnya, akan ada perbaikan dibandingkan performa tahun lalu walau pada semester II ada peluang pemulihan dari sisi impor. Peningkatan impor, lanjut dia, tidak akan terlalu tinggi seingga tidak terlalu bergejolak.
Kepercayaan investor akan ada ketika kita dorong pertumbuhan ekonomian lebih baik. Ini juga diharapkan membuat orang-orang yang nyimpen dana di luar kembali, katanya.