Bisnis.com, JAKARTA—Satu konsultan properti menilai prospek bisnis pusat perbelanjaan di Jakarta masih menunjukan kinerja positif seiring bertumbuhnya jumlah populasi dan kemampuan daya beli kelas menengah.
Lembaga konsultan properti Cushman & Wakefield Indonesia dalam publikasi risetnya menyampaikan meskipun tidak ada pasokan baru, aktivitas pasar ritel di Ibu Kota terpantau aktif selama kuartal II/2015.
Perusahaan pakaian masih mendominasi penyewaan ruang-ruang pusat perbelanjaan. Matahari misalnya, sebagai salah satu department store terbesar di Indonesia membuka gerai baru di Pasaraya Blok M dan Pasaraya Manggarai, Jakarta Selatan.
Dari penyewa asing, merek pakaian asal Hong Kong, Chocoolate, membuka gerai pertama di Emporium Pluit Mall, Jakarta Utara. Di tempat yang sama, H&M melebarkan etalasenya yang ke delapan. Uniqlo terus ekspansi dengan menggelar gerai ketujuh di Gandaria City, Jakarta Selatan.
“Kontributor okupansi berikutnya setelah fesyen ialah penyewa dari perusahaan makanan dan minuman (F&B/ food and beverage), kemudian non-F&B seperti pusat hiburan, perawatan kecantikan, dan kosmetik,” papar riset seperti dikutip Bisnis.com, Kamis (30/7/2015).
Head of Research and Advisory Cushman & Wakefield Indonesia Arief Rahardjo menuturkan daftar tunggu perusahaan asing untuk masuk ke pusat perbelanjaan di Jakarta masih cukup banyak karena anggapan terhadap potensi pertumbuhan kelas menengah.
Sebelumnya, Bank Indonesia melansir tingkat konsumsi masyarakat Indonesia pada Juni 2015 hanya sebesar 113,1 poin. Padahal, pada awal tahun Indonesia memiliki pencapaian tertinggi, yakni 120,2 poin, dibandingkan negara Asean lainnya, seperti Filipina, Thailan, dan Myanmar.
Namun, dengan indeks di atas 100 poin, lanjut Arief, menunjukan tingkat konsumsi masyarakat masih berada di level yang aman, sehingga mengundang optimisme calon penyewa untuk menjadikan Jakarta sebagai target ekspansi di sektor ritel.
“Waiting list penyewa asing masih cukup banyak, karena mereka menganggap Indonesia yang berpusat di Jakarta sebagai target utama. Mereka percaya dari segi jumlah populasi dan kemampuan daya beli, terutama kelas menengah, bertumbuh dengan sangat baik,” ujarnya.
Menurut Arief, saat ini pemberlakukan moratorium pusat perbelanjaan dari Gubernur DKI Jakarta telah menunjukan dampak positif dengan stabilnya tingkat okupansi akibat terbatasnya suplai.