Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Musim Kemarau, Petani Bawang Sumbar Terancam Gagal Panen

Petani bawang di Sumatra Barat mengeluhkan musim panas sepanjang hampir sebulan terakhir akan menggagalkan panen mereka.
Bawang merah/JIBI-Sunaryo Haryo Bayu
Bawang merah/JIBI-Sunaryo Haryo Bayu

Bisnis.com, PADANG--Petani bawang di Sumatra Barat mengeluhkan musim panas sepanjang hampir sebulan terakhir akan menggagalkan panen mereka.

Armanelis, 35, salah satu petani bawang asal Jorong Kapalo Danau Atas, Nagari Simpang Tanjung Nan Ampek, Kecamatan Danau Kembar, Kabupaten Solok menyebutkan sudah hampir sebulan hujan tak kunjung datang yang bisa berakibat buruk terhadap hasil panen. "Kalau seminggu lagi tidak ada hujan, sudah dipastikan kami tidak bisa panen, katanya kepada Bisnis.com, Minggu (5/7/2015).

Dia menyebutkan tanaman bawang merah memerlukan asupan air yang cukup. Apalagi, tanaman bawang di Sumbar umumnya ditanam di dataran tinggi yang sejuk, dengan tujuan tidak memerlukan banyak air. Namun, musim panas yang panjang menyebabkan tanaman tetap rusak karena kekurangan air.

Selain musim panas yang menyebabkan produksi bawang tidak maksimal, petani juga mengeluhkan turunnya harga bawang di tingkat petani sejak seminggu terakhir.Bawang kami dihargai hanya Rp12.000 per kilo, itu pun yang kualitasnya bagus. Kalau yang biasa hanya Rp8.000 per kilo, katanya.Dia mengungkapkan petani kehilangan pendapatan menghadapi Lebaran, bahkan sebagian besar merugi.

Menurutnya, jika harga bawang petani dihargai di bawah Rp10.000 per kilogram sudah dipastikan petani rugi.Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Sumbar Yustiadi mengatakan meski musim kemarau melanda daerah itu,namun belum berpengaruh terhadap pasokan bawang, mengingat sebagaian komoditas bawang masih dipasok dari Jawa.

Sekarang belum berpengaruh ke pasokan, karena sebagaian bawang didatangkan dari Jawa. Namun, untuk jangka panjang kami akan carikan solusinya, katanya.Dia menyebutkan pemerintah menyiapkan sistem irigasi rembesan yang bersumber dari sumur untuk petani bawang dan cabai, terutama yang bercocok tanam di daerah dataran tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Heri Faisal

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper