Bisnis.com, GARUT -- Presiden Joko Widodo menyebutkan bahwa pembangkit listrik tenaga panas bumi bisa dijadikan sarana untuk mewujudkan kedaulatan energi dan peningkatan ekonomi.
Presiden menargetkan rasio elektrifikasi mencapai 97% dari jumlah rumah tangga di Indonesia sampai dengan akhir tahun 2019 dan 99% pada tahun 2020
Target itu disampaikan pada acara peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang Unit V dan Groundbreaking PLTP Ulubelu Unit III dan IV di Garut, Jawa Barat, pada Minggu (5/72015).
Selain untuk menopang kehidupan rakyat sehari-hari, listrik menjadi salah satu pendorong peningkatan kegiatan ekonomi nasional.
Ketersediaan listrik menjadi salah satu indikator bahwa bangsa Indonesia telah berdaulat dalam bidang energi. Untuk itulah upaya penyediaan energi listrik secara berkesinambungan harus terus dilakukan sesuai dengan tingkat pertumbuhan permintaannya
“Dalam kurun waktu lima tahun (2015-2019), kita akan membangun Pembangkit 35.000 MW dan saya putuskan hingga akhir tahun 2015 harus diselesaikan sekitar 3.793 MW,” ujar Presiden seperti disampaikan dalam keterangan tertulis tim Komunikasi Presiden, Teten Masduki.
Disebutkan bahwa sebagai upaya menyediakan energi listrik secara berkesinambungan, pemerintah harus memanfaatkan energi panas bumi (geothermal energy) sebagai salah satu sumber energi terbarukan.
"Sumber energi ini berlimpah, bersih dan ramah lingkungan. Indonesia bahkan menjadi negara dengan kandungan panas bumi yang besar, 40% potensi panas bumi dunia terdapat di Tanah Air. Sumber-sumber energi panas bumi tersebar di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, hingga Papua."
Sayangnya, besarnya cadangan panas bumi di Indonesia tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Sampai hari ini Indonesia masih saja bergantung dengan sumber energi dari fosil.
Di sisi lain, penggunaan energi fosil masih sangat besar yaitu sebesar 95% dari bauran energi nasional, di mana 47% di antaranya merupakan minyak bumi, 24% berasal dari gas bumi, dan 24% dari batubara. Sedangkan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) baru mencapai sekitar 5%.
“Saya memberikan perhatian khusus pada program pengembangan sumber energi baru terbarukan, terutama pemanfaatan energi panas bumi. Ke depan, Kebijakan Energi Nasional menargetkan pemanfaatan energi baru terbarukan meningkat menjadi 23% pada tahun 2025,” ujar Presiden.
Ditegaskan bahwa Bangsa Indonesia harus melepaskan diri dari ketergantungan pada sumber energi fosil, dan memanfaakan sumberdaya alam Indonesia yang berlimpah secara berkelanjutan.
Jenis sumber energi terbarukan yang dimiliki Indonesia cukup banyak, mulai dari: biofuel, biomassa , panas bumi, air, angin, matahari, gelombang laut sampai dengan energi pasang surut air laut.
"Jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik diyakini dapat menggantikan energi fosil yang semakin terbatas."
Presiden menekankan agar program pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi dapat segera berjalan, karena rakyat di seluruh pelosok Indonesia sudah menunggu.
Mereka membutuhkan listrik dan Presiden bertekad mewujudkan kehendak rakyat tersebut.