Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha logistik di Jawa Barat mendesak pemanfaatan dan optimalisasi fasilitas Cikarang Dry Port (CDP) untuk menekan masa inap kontener atau dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok yang saat ini rata-rata masih mencapai 5,7 hari.
Ketua DPW Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Jawa Barat M.Nuh Nasution mendukung industri logistik dan manufaktur di Jawa Barat untuk menurunkan dwelling time pelabuhan Tanjung Priok dengan memanfaatkan CDP sebagai pelabuhan tujuan bagi pelaku usaha di Jawa Barat.
"Fasilitas yang tersedia dan kapasitas lapangan penumpukan di CDP juga mampu mengurangi kepadatan pelabuhan Priok terkait persoalan dwelling time tersebut," ujarnya, Senin (29/6/2015).
Nuh mengatakan permasalahan dwelling time Pelabuhan Tanjung Priok yang sedang menjadi perhatian serius Presiden Joko Widodo itu juga perlu pihak/instansi yang bertanggung jawab penuh mengomandoi birokrasi dan sistem yang melibatkan instansi pemerintah dan lembaga terkait.
"Peran Otoritas Pelabuhan mesti diperkuat," ujarnya.
Dia mengatakan saat ini semua kepentingan di pelabuhan berjalan sendiri-sendiri. Selain faktor birokrasi juga perilaku sebagian importir yang turut memperumit masalah dwelling time yang pada gilirannya rantai distribusi dan logistik menjadi berbiaya tinggi.
Oleh karena itu, kata Nuh, perlu kolaborasi antar-asosiasi terkait untuk menurunkan dwelling time Tanjung Priok dengan mengusulkan percepatan proses pre-clearence melalui pelayanan satu atap agen pelayaran dan institusi terkait di Cikarang Dry Port.