Bisnis.com, JAKARTA – Industri hulu tekstil dan produk tekstil (TPT) meminta pemerintah memastikan rantai suplai, agar mereka bisa melewati kondisi yang memburuk seiring berlebihnya suplai global.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Synthetic Fiber Indonesia (Apsyfi) Redma Gita Wirawasta mengatakan bahwa kondisi oversupply ini membuat pelaku industri antara dan hilir lebih memilih bahan baku impor.
“Misalnya industri pemintalan cari bahan baku impor yang lebih murah. Ketika jadi benang, mau dijual, industri kain mau cari benang murah juga, dari impor. Ketika jadi kain juga begitu, karena garmen cari kain murah. Jadi supply chain tidak terjaga,” katanya saat berkunjung ke Kementerian Perindustrian, Senin (22/6/2015).
Untuk itu, perlu ada kebijakan pemerintah agar industri di tiap jenjang bisa aman. Redma mengatakan kondisi oversupply ini bersifat sementara. Meski demikian kondisi ini berpotensi mematikan industri hulu. Akibatnya jika kondisi kembali normal, industri hilir turut mati sebab tidak ada bahan baku yang tersedia.
Lebih lanjut Redma menyampaikan bahwa pasar domestik Indonesia sebenarnya masih potensial. Dia menjelaskan data konsumsi dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa konsumsi terus naik. Fakta di lapangan menunjukkan banyak ritel produk pakaian internasional yang membuka banyak toko selama tahun ini.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang cukup baik selama empat tahun belakangan serta kenaikan upah bisa mendorong daya beli masyarakat. “Yang jadi masalah, barang siapa yang mereka beli?” ujarnya. []