Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Diproyeksi Masih Melambat

Pertumbuhan ekonomi nasional kuartal II/2015 diproyeksi masih tetap melambat. Otoritas moneter memproyeksi laju produk domestik bruto (PDB) kuartal itu berada di level 4,9% sehingga posisi tahun ini di kisaran 5%-5,4% jauh dari asumsi dalam APBNP 2015 sebesar 5,7%.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2011-2015. / Bisnis
Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2011-2015. / Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi nasional kuartal II/2015 diproyeksi masih tetap melambat. Otoritas moneter memproyeksi laju produk domestik bruto (PDB) kuartal itu berada di level 4,9% sehingga posisi tahun ini di kisaran 5%-5,4% jauh dari asumsi dalam APBNP 2015 sebesar 5,7%.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan faktor penopang pertumbuhan masih dari pemerintah khususnya terkait belanja modal yang pada kuartal I belum dieksekusi bersamaan dengan terkontraksinya ekspor.

"Masih lemahnya permintaan global dan rendahnya harga komoditas membuat perekonomian melambat. Namun mulai kuartal II akan menunjukkan perbaikan sejalan dengan implementasi proyek," katanya dalam rapat kerja dengan Kemenkeu, Kementerian PPN/Bappenas, dan Komisi XI DPR, Senin (8/6/2015).

Agus mengungkapkan akselerasi pertumbuhan ekonomi tahun ini memang hanya akan bergantung pada belanja pemerintah dan investasi swasta sejalan dengan upaya pembenahan dan pembangunan beberapa infrastruktur nasional.

Menurutnya, akan ada pergerakan positif di sisi ekspor, tapi pemerintah tidak bisa bergantung penuh menyusul masih rendahnya harga komoditas dan belum pulihanya permintaan global. Selain itu, faktor perlambatan China masih juga membayangi.

Dari sisi konsumsi, sejalan dengan kebijakan pelonggaran makroprudensial, lanjut Agus, akan ada stimulus bagi masyarakat. Walaupun demikian, Bank Indonesia tetap pada kebijakan ketat di sisi suku bunga acuan (BI Rate) yang hingga saat ini masih bertengger di 7,5%.

Tanpa menyebut proyeksi besaran laju PDB kuartal II, Menkeu Bambang Brodjonegoro mengungkapkan outlook pemerintah pada tahun ini masih di level 5,4% kendati meleset dari asumsi APBNP 2015.

Menurutnya, beberapa kebijakan yang akan diluncurkan seperti kenaikan batasan penghasilan tidak kena pajak (PTKP) dari Rp24,3 juta per tahun menjadi sekitar Rp36 juta serta pembebasan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) pada mebel, furniture, barang elektronik, dan aksesoris akan mampu menstimulus konsumsi masyarakat.

Kepala Ekonom BCA David Sumual juga menilai perekonomian nasional pada kuartal II juga masih akan melambat di bawah 5% (year on year) kendati pemerintah sudah menggaungkan mulai mempercepat belanja.

Menurutnya, sinyal perlambatan tersebut sebenarnya sudah terlihat dari realisasi penerimaan pajak maupun bea dan cukai posisi akhir Mei. Masih terkontraksinya pajak atau cukai atas konsumsi masyarakat menunjukan tidak ada andil yang besar dari sisi konsumsi.

"Kelihatan drop sekali, aktivitas ekonomi melemah," katanya.

Menilik data Ditjen Pajak (DJP), pertumbuhan penerimaan pajak nonmigas posisi akhir Mei 2015 masih melambat di level 3,14% jauh di bawah periode yang sama tahun lalu 13,54%. Pertumbuhan PPh nonmigas 10,59% - masih jauh dari pertumbuhan alamiahnya tidak bisa mengompensasi penurunan di pos lainnya, terutama pos PPN dan PPnBM yang terkontraksi 6,07%.

Secara nominal, penurunan terbesar ada pada pos PPN impor yang tercatat Rp53,7 triliun atau terjun 10,72% dari posisi tahun lalu Rp60,1 triliun.

Sementara, dari penerimaan bea dan cukai, realisasi penerimaan akhir Mei yang tercatat per 3 Juni 2015 hanya senilai Rp59,05 triliun, terkontraksi sekitar 12,5% dari capaian periode yang sama tahun lalu Rp67,49 triliun.

Menurut David, pada kuartal selanjutnya, diharapkan ada kenaikan di sisi konsumsi masyakarat akibat beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah dan Bank Indonesia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper