Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri makanan dan minuman menyatakan perlambatan ekonomi membuat target pertumbuhan industri harus direvisi dari 8% menjadi sekitar 5%-6%.
Padahal, pertumbuhan kuartal I sektor tersebut mencapai 8,16%.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman menjelaskan tingginya angka tersebut ditopang oleh berkembangnya industri makanan dan minuman (mamin) skala kecil dan menengah.
“Kalau saya lihat, data produksi industri skala besar untuk makanan pertumbuhannya 2% dan minuman 3% [kuartal I 2015],” ujar Adhi pada Bisnis, Jumat (29/5/2015).
Sedangkan pertumbuhan untuk industri kecil dan menengah (IKM), Adhi mengatakan, justru sangat positif mencapai angka 9% untuk makanan dan 20% untuk minuman. Dia mengatakan IKM lebih resisten menghadapi pelemahan ekonomi dibanding industri besar.
“IKM itu variasinya lebih banyak, dan meskipun penyebarannya hanya disekitar tempat produksi, tapi jumlah banyak. Beda dengan industri besar yang penjualannya di market, toko. Bahkan Aprindo [Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia] mengatakan memang turun pertumbuhannya,” ujar Adhi.
Adhi menjelaskan industri besar yang mengeluhkan perlambatan ekonomi biasanya merupakan produsen yang terus memproduksi jenis produk yang sudah lama. Sedangkan untuk perusahaan yang baru berinvestasi maupun ekspansi produk, kondisinya lebih baik.
“Memang kalau industri mamin itu harus ada inovasi, dan itu harus berkelanjutan. Supaya pasar dan konsumen mau coba terus,” katanya.