Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Waspadai Ancaman Pelebaran Defisit Transaksi Berjalan

Bank Indonesia menyatakan akan terus mewaspadai risiko peningkatan defisit transaksi berjalan

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia menyatakan akan terus mewaspadai risiko peningkatan defisit transaksi berjalan

Risiko naiknya defisit transaksi berjalan atau current acount deficit (CAD) akan meningkat seiring kenaikan impor menjelang Lebaran dan pola musiman pembayaran Utang Luar Negeri dan dividen.

Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo mengatakan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I/2015 mencatat surplus, terutama ditopang oleh menurunnya defisit transaksi berjalan.

Defisit transaksi berjalan tercatat senilai US$3,8 miliar atau 1,8% terhadap produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I/2015, lebih rendah dari kuartal sebelumnya senilai US$5,7 miliar atau 2,6% PDB dan kuartal yang sama tahun sebelumnya US$4,1 miliar atau 1,9% terhadap PDB.

"Peningkatan kinerja transaksi berjalan terutama ditopang oleh perbaikan neraca perdagangan migas, seiring dengan menyusutnya impor minyak karena harga minyak dunia yang lebih rendah dan turunnya konsumsi BBM [bahan bakar minyak] sebagai implikasi positif dari reformasi subsidi energi," ujarnya saat konferensi pers di Gedung BI, Selasa (19/5/2015).

Sementara itu, neraca perdagangan Indonesia pada April 2015 menunjukkan perkembangan yang positif dengan mencatat surplus senilai US$0,45 miliar ditopang oleh kenaikan surplus neraca nonmigas.

Di sisi lain, transaksi modal dan finansial juga tetap mencatat surplus kuartal I/2015, di tengah meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global.

"Surplus transaksi modal dan finansial tersebut terutama ditopang oleh aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio dan investasi langsung," katanya.

Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa pada akhir April 2015 tercatat senilai US$110,9 miliar atau setara dengan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

"Kami akan tetap waspada risiko peningkatan defisit transaksi berjalan seiring kenaikan impor menjelang lebaran, serta pola musiman pembayaran Utang Luar Negeri dan dividen," ucap Agus. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper