Bisnis.com, PADANG—PT Semen Padang menjajaki pasar Afrika sebagai prioritas ekspor tahun ini, selain pasar tradisional di Asia Selatan yang sudah lama dilayani perusahaan tersebut.
Direktur Utama PT Semen Padang Benny Wendry mengungkapkan penjajakan pasar itu dilakukan menyusul rendahnya permintaan semen dalam negeri sepanjang triwulan pertama tahun ini.
“Bisa jadi melemahnya permintaan berlangsung lama, kami antisipasi dengan memperluas jangkauan ekspor,” katanya, Kamis (23/4/2015).
Apalagi, imbuhnya, kapasitas produksi Semen Padang terus meningkat dengan beroperasinya pabrik cement mill di Dumai, Riau, serta pabrik Indarung VI yang ditargekan beroperasi 2016.
Total dengan tambahan pabrik baru, kapasitas produksi perusahaan semen tertua di Asia Tenggara itu mencapai 10,4 juta ton tahun depan. Tahun ini perseroan menargetkan produksi 7,3 juta ton dari kapasitas terpasang 7,4 juta ton.
Dia menyebutkan kebijakan memperluas pasar luar negeri dilakukan untuk pengembangan jangka panjang perusahaan. Mulai tumbuh dan ketatnya persaingan pasar semen dalam negeri, serta melemahnya permintaan membuat perseroan memerlukan pasar tambahan.
“Kami bidik pasar Afrika, Timur Tengah karena lebih terjangkau melalui pelabuhan Teluk Bayur. Penurunan harga minyak ikut pula membantu meringankan cost,” kata Benny.
Adapun, ekspor Semen Padang (Semen Indonesia Group) tahun ini meningkat 100% dari tahun sebelumnya atau 80.724 ton. Angka itu diperkirakan masih akan tumbuh mengingat belum berjalannya proyek pembangunan infrastruktur dalam negeri.
Sementara itu, penjualan Semen Padang pada triwulan I/2015 mengalami penurunan 6,8% dari 1,61 juta ton awal tahun lalu menjadi hanya 1,50 juta ton.
Permintaan (demand) Semen Padang secara nasional juga mengalami penurunan 3,3%. Rendahnya permintaan dan ketatnya persaingan harga di pasar Jawa membuat penjualan perseroan turun signifikan.
Namun, kata Benny, untuk wilayah Sumatra yang merupakan pasar utama perusahaan semen tertua di Indonesia itu, hanya mengalami penurunan penjualan 1,1%, meski permintaan anjlok hingga 3,9%.
“Penjualan turun, tetapi maket share kami di Sumatra justru naik dari 42,35% tahun lalu menjadi 43,59% pada awal tahun ini,” katanya.
Meski begitu, dia mengatakan langkah ekspor baru diambil setelah kebutuhan dalam negeri terpenuhi. Perkiraannya, permintaan masih akan tumbuh menyusul melebarnya ruang fiskal yang diperuntukkan bagi pembangunan infrastruktur.