Bisnis.com, JAKARTA—Kalangan akademisi menilai cukup sulit untuk menghadirkan solusi lain mengatasi masalah penurunan muka tanah di pesisir utara Jakarta yang sekaligus mendukung ketersediaan cadangan air baku.
Ahli Teknik Kelautan Institut Teknologi Bandung Andojo Wurjanto mengatakan penurunan muka tanah sekitar 7,5 cm per tahun tidak terlepas dari pengambilan air tanah yang cukup masif terjadi di Jakarta.
Pengambilan air tanah tersebut sulit dibatasi selama suplai air baku untuk masyarakat Jakarta masih terbatas.
Saat ini, kapasitas produksi PAM Jaya sekitar 18 kubik per detik dengan cakupan layanan 55%.
Oleh karena itu, pelaksanaan tahap A NCICD berupa penguatan dan peninggian tanggul pesisir utara Jakarta tidak dapat menjadi solusi jangka panjang meski saat ini sangat mendesak. Pembangunan tanggul terluar tahap B dan tanggul laut raksasa tahap C punya arti sangat penting meski penuh kendala.
“Untuk membangun tahap B dan C syaratnya banyak sekali dan terutama masalah sanitasi. Bisa tidak itu diberesi? Selama ini belum terlihat penanganan sanitasi yang serius di Jakarta,” katanya, Rabu (22/4/2015).
Menurutnya, bila pemerintah dapat segera memberesi masterplan dan data-data pendukung hasil kajian, proyek konstruksi NCICD tidak sulit untuk ditangani oleh tenaga dalam negeri.
Seperti diketahui, struktur tanah di dasar laut Jawa merupakan sedimen lunak sehingga perlu penanganan khusus untuk keandalan struktur tanggul laut raksasa.
“Masalah teknik konstruksinya gampang, asal uangnya ada kita jalan. Yang penting pemerintah bisa beri kebijakan pasti, jelas dan tegas tentang proyek ini,” katanya.
Ketua Umum Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan Indonesia (IATPI) Alex Chalik mengatakan 13 sungai yang mengalir di Jakarta semuanya tergolong sungai yang tercemar berat.
Hal tersebut tidak terlepas dari perilaku masyarakat. Oleh karena itu, menurutnya manajemen sanitasi dan perubahan perilaku masyarakat menjadi syarat penting suksesnya proyek NCICD.
“Saya kira kalau pemerintah cukup tegas pasti bisa. Masalah perkeretaapian yang dulu tampaknya mustahil saja akhirnya bisa diatasi, saya kira tantangan ini pun sama,” katanya.