Bisnis.com, JAKARTA — Japan Bank for International Cooperation mendatangi Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk untuk mendiskusikan mekanisme pembiayaan baru untuk peningkatan kapasitas energi dan pembangunan infrastruktur.
Senior Managing Director JBIC Tadashi Maeda mengatakan pihaknya membangun mekanisme pembiayaan baru untuk memobilisasi pendanaan. Tidak hanya dari pemerintah Jepang tetapi juga kerja sama dengan sektor swasta.
Jadi kerja sama tidak hanya terkait pembiayaan, tetapi juga penyaluran modal pada proyek-proyek selanjutnya.
“Kami mendiskusikan program pembiayaan baru proyek IPP [independent power producer] untuk meningkatkan kapasitas energi di Indonesia,”ujarnya di Kantor Wakil Presiden, Jumat(17/4/2015).
Pada gambaran terakhir, ada sekitar tiga atau empat proyek penambahan kapasitas pembangkit tenaga listrik yang akan dibiayai. Sayangnya, dia enggan menyebutkan proyek secara spesifik.
Selain itu, keduanya juga membahas kerja sama pembiayaan untuk sejumlah proyek pelabuhan di Jawa dan pulau lain. Prioritas JBIC, menurut dia, ialah memperkuat konektifitas, logistik, dan transportasi.
Menurut Wakil presiden Jusuf Kalla, bank asal Negeri Sakura itu mengaku siap bekerja sama dalam membiayai pembangunan infrastruktur, pelabuhan, dan kereta api. Nantinya, kedua pihak akan kembali berdiskusi terkait studi proyek tersebut.
Kalla menambahkan keduanya juga membicarakan investasi pembangunan pelabuhan pengganti Cilamaya. Sayangnya, dia enggan menjelaskan lebih rinci terkait perkembangan skema dan nilai investasi.
“Selama ini Indonesia merupakan klien JBIC terbesar, mereka sudah memberi kredit sekitar US$10 miliar. Indonesia juga paling disiplin membayar,”katanya.
Sebelumnya, Gubernur JBIC Hiroshi Watanabe berencana turut membiayai proyek infrastruktur di luar Jawa dan menunggu kejelasan arah pengembangan proyek dari pemerintah baru. Pihaknya membutuhkan daftar untuk mempelajari dan memutuskan proyek apa yang diberi pembiayaan.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi asing dari Jepang pada kuartal IV/2014 tercatat sebanyak 501 proyek dengan nilai investasi US$663,8 juta.
Realisasi penanaman modal asing itu jauh lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni mencapai US$4,7 miliar dengan menangani 958 proyek.