Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) menandatangani tiga nota kesepahaman dalam lawatannya ke Korea dalam pertemuan internasional 7th World Water Forum (WWF) pada 12-15 April 2015 lalu.
Menteri PU-Pera Basuki Hadimuljono mengatakan pertemuan akbar tidak saja membahas konsep manajemen sumber daya air, tetapi lebih pada segi implemetasi.
“Ada beberapa yang kita bahas tetapi bagi saya harus ada manfaat konkretnya untuk kita. Ada tiga MoU yang kita tanda tangani,” katanya, Jumat (17/4/2015).
MoU pertama dilakukan dengan Kementerian Lingkungan dan Infrastruktur Belanda tentang keberlanjutan proyek NCICD.
“Belanda tetap ingin membantu kita dalam meneruskan program NCICD, terutama untuk tahap B dan C, karena yang A sekarang sedang dalam tahap implementasi,” katanya.
Menurutnya, pihak Belanda akan membantu dari segi konsep, masterplan, kelembagaan dan rencana pendanaan.
MoU berikutnya dilakukan dengan Korean International Corporation Agency (KOICA). Salah satu poin dalam MoU tersebut menurut Basuki juga berkaitan dengan program NCICD. Menurutnya, kerja sama dengan Korea dikhususkan pada detail data-datanya untuk NCICD tahap B dan C.
“Jadi Belanda konseptualnya. Nanti leadnya Belanda karena mereka lebih punya know how-nya. Namun, detailnya oleh Korea dan kita sendiri,” katanya.
Seperti diketahui, proyek NCICD terdiri atas tiga tahap penerjaan, yakni tahap A berupa reklamasi 17 pulau dan peninggian serta penguatan tanggul laut utara Jakarta sepanjang 52 km, tahap B berupa pembangunan konstruksi tanggul terluar, dan tahap C yakni pembangunan tanggul laut raksasa atau yang dikenal dengan Giant Sea Wall.
Total anggaran untuk pembangunan seluruh proyek ini diperkirakan mencapai Rp300 triliun.