Bisnis.com, JAKARTA— Dewan Gubernur Bank Indonesia hari ini dijadwalkan bertemu untuk mengumumkan tingkat suku bunga acuan. Hampir semua ekonom sepakat BI Rate akan dipertahankan sepanjang kuartal II/2015.
Survei yang dilakukan Bloomberg menunjukkan konsensus para ekonom bahwa BI Rate tidak akan berubah setelah rapat dewan gubernur hari ini.
Dari 21 ekonom yang disurvei, sebanyak 20 ekonom menyatakan BI Rate bertahan di level 7,50% dan hanya 1 ekonom yang memprediksi penurunan BI Rate 25 basis poin ke 7,25%.
Lana Soelistianingsih dari Samuel Aset Manajemen mengatakan BI tidak bisa menurunkan suku bunga acuan ketika pertumbuhan ekonomi melambat.
Apalagi ancaman inflasi tinggi membayangi bulan ini setelah pada akhir Maret pemerintah menaikkan harga bensin dan nilai tukar rupiah yang masih tertekan.
“Sepertinya [BI Rate] sulit turun [dalam beberapa bulan ke depan] karena BI perlu antisipasi [kenaikan suku bunga] The Fed,” katanya kepada bisnis, Selasa (14/4/2015).
Andry Asmoro dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menyatakan hal yang sama. Selain tekanan eksternal dari rupiah dan The Fed, dia mengatakan ekspektasi inflasi kuartal II terlalu tinggi.
“Ekspektasi inflasi mulai naik pada kuartal II seiring kenaikan BBM dan memasuki persiapan bulan puasa,” kata Asmo.
Wellian Wiranto dari OCBC yang bulan lalu sempat memprediksi peluang kenaikan BI Rate juga bersikap sama. Pasar global, menurutnya, sudah kembali tertekan setelah sempat bergairah usai rapat The Fed bulan lalu.
Sentimen positif dari sikap dovish The Fed dalam rapat Maret hilang setelah transkrip rapat tersebut menunjukkan dewan gubernur bank sentral Amerika Serikat tersebut sudah mendiskusikan peluang kenaikan suku bunga pada Juni.
“Dari segi domestik, inflasi masih lumayan tinggi. Dari segi headline inflation pun mungkin mendekati lagi level 7% pada April karena kenaikan harga BBM jenis premium,” kata Wellian.
Ekonomi Indonesia mengalami inflasi 0,17% pada Maret setelah terus mencatat deflasi dalam 2 bulan pertama 2015. Pada Januari 2015, Indonesia mencatatkan deflasi 0,24% MoM, sedangkan pada Februari harga terdeflasi 0,36%
Bank Indonesia menargetkan inflasi 3—5% pada 2015, sedangkan pemerintah menetapkan target inflasi 5% dalam asumsi makroekonomi RAPBN-P 2015.
Adapun inflasi inti sepanjang Januari—Maret 2015 sudah mencapai 1,25%. Kenaikan indeks harga tersebut adalah yang paling tinggi paling tidak dalam 5 tahun terakhir.
Inflasi inti yang tinggi dalam 3 bulan pertama 2015, bertolak belakang dengan tingkat inflasi utama yang rendah setelah Indonesia mengalami deflasi pada Januari dan Februari.