Bisnis.com, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Bidang Pemasaran Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (GAPKINDO) Moenardji Soedargo mengatakan perubahan aturan formulasi rubber compound tidak akan berpengaruh besar terhadap para pelaku usaha karet Indonesia karena hanya akan merepotkan proses saja.
Menyiapkan kandungan non-rubber menjadi lebih besar menjadi pekerjaan lebih bagi para pengusaha, karena harus menambah pengadaan karbon. Namun aturan bea masuk ke pasar China tersebut menurutnya cukup tidak lazim.
“Dari dulu pokoknya yang mengandung compound itu selalu lebih murah impor tarifnya. Itu sedikit aneh, seharusnya natural rubber yang mendapatkan perlakuan tarif yang lebih menarik daripada dicampur-campur sama non-rubber content,” katanya.
Moenardji mengatakan, selama ini China menjadi negara tujuan ekspor kedua terbesar untuk produk karet asal Indonesia. Tetapi, para pengusaha Indonesia untuk ekspor karet secara umum, lebih banyak mengekspor natural rubber.
Hal tersebut disebabkan karena untuk memroduksi rubber compound para pengusaha harus mendedikasikan produksi pada jenis tersebut.
Akibatnya, eksportir bersangkutan akan terikat pada pasar tertentu, yang menyebabkan pemasaran produk tersebut menjadi sangat terbatas. Padahal para pedagang umumnya ingin lebih fleksibel, produknya bisa dijual di berbagai negara, tidak hanya untuk pasar China saja.
Direktur Kerjasama APEC dan Organisasi Internasional Lainnya Kementerian Perdagangan Deny Wachyudi Kurnia mengatakan saat ini pemerintah juga masih akan memastikan agar perubahan formulasi dari China tersebut tidak berpengaruh terhadap ekspor karet Indonesia.
Adapun dari sisi hubungan internasional, sambung Deny, Indonesia mempunyai instrumen melalui Asean Consultative for Standard and Quality Rubber Product yang akan berlangsung pada bulan ini.
Selain itu, masalah tersebut juga sudah masuk ke dalam agenda yang akan dibahas dalam pertemuan International Tripartite Rubber Council selanjutnya.