Bisnis.com, JAKARTA-- Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan menilai kenaikan solar dan melemahnya rupiah menjadi pemicu harga suku cadang yang membengkak.
Terlebih, sejak Januari hingga saat ini jumlah penumpang di setiap perusahaan otobus turun sampai 60%. Penurunan penumpang itu berlaku bagi bus AKAP maupun bus pariwisata.
"Jadi kalau dampaknya, saat BBM pertama baru isu mau naik saja, semua spare part sudah naik, ditambah lagi dengan nilai tukar dollar," katanya kepada Bisnis.com, Jakarta, Rabu (1/4).
Selain itu, bus tidak mampu mengalahkan kereta api sebagai moda transportasi publik digerus oleh pengaruh harga bahan bakar, suku cadang, dan biaya perawatan.
Dia menganggap keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat justu menjadikan negara sebagai pesaing terberat pengusaha otobus.
Kita enggak kuat bersaing dengan negara sendiri. Kereta api tarifnya disubsidi PSO (Public Service Obligation), kita sendiri angkutan darat tidak disubsidi apapun, katanya.
Pemilik PO Siliwangi Antar Nusa (SAN) Hasanuddin Adnan menuturkan 70% busnya tidak beroperasi karena sepinya orang yang berpergian.
Biaya hidup masyarakat menjadi naik ditambah dengan berhentinya sejumlah usaha pengolahan hasil bumi seperti kelapa sawit, karet, dan tambang.
Perusahaan angkutan bus saat ini benar-benar kondisi berat. Mulai dengan sepinya orang yang bepergian, naiknya harga suku cadang karena kurs dollar, biaya hidup masyarakat yang semua naik dan hasil bumi seperti sawit, karet dan tambang tidak beroperasi. Bus kita 65%-70% tidak jalan, ujarnya.