Bisnis.com, MALANG--Pada Tahun Kambing 2015 kapasitas produksi PT Pupuk Indonesia (Persero) bakal melejit ke level 16,3 juta ton per tahun.
Sekretaris Perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero) Budi Asikin mengatakan pada tahun ini terdapat tambahan kapasitas produksi sekitar 3,7 juta ton. Kapasitas produksi yang terpasang sekarang sekitar 12,6 juta ton.
"Ada beberapa anak usaha yang memperluas kapasitas produksi, dari masing-masingnya dijumlahkan saja," katanya kepada Bisnis di Malang, Jawa Timur, akhir pekan lalu.
Tambahan kapasitas produksi yang dimaksud berasal dari PT Pupuk Kaltim (PKT), PT Pupuk Kujang, dan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri). Tiga perseroan ini mengoperasikan tambahan ruang produksi secara berurut mulai Mei, September, Oktober, dan akhir tahun.
PKT mengoperasikan Pabrik Kaltim 5 yang menghasilkan urea 1,1 juta ton dan amoniak 800.000 ton per tahun. Pupuk Kujang meningkatkan ruang produksi NPK 100.000 ton, demikian pula Pupuk Sriwidjaja dengan tambahan kapasitas yang sama.
Di samping itu Pupuk Sriwidjaja juga mulai mengoperasikan Pabrik Pusri 2B mulai penghujung tahun ini. Fasilitas produksi ini mampu menghasilkan 907.500 ton urea, dan 660.000 ton amoniak.
"Pusri 2B tidak bisa saya sebutkan tepatnya November atau Desember, yang pasti ini akhir 2015," tutur Budi.
Peningkatan kapasitas produksi yang dilakukan PKT, Pusri, dan Kujang pada akhirnya memengaruhi efektifitas pemenuhan kebutuhan pupuk bersubsidi pada tahun-tahun mendatang.
Adapun pada 2015, Pupuk Indonesia dimandati menyalurkan 9,6 juta ton.
Pengoperasian Kaltim 5 menambah total ruang produksi PKT menjadi 4,1 juta ton urea per tahun. Pusri 2B mendongkrak kapasitas menjadi 3,2 juta ton urea dan 100.00 NPK per tahun.
Sementara total ruang produksi NPK Pupuk Kujang menjadi 200.000 ton.
Pengerjaan Pabrik Kaltim 5 digarap bersama dengan Toyo Engineering Corporation (TEC).
Pabrik ini sempat digadang-gadang sebagai pabrik urea terbesar di Asia Tenggara dengan kebutuhan gas 80 MMscfd.
Sementara itu, Pusri 2B bermitra dengan Pertamina EP. Fasilitas produksi ini memerlukan suplai gas bumi sebanyak 62 MMscfd.
Dua pabrik pupuk urea anyar ini termasuk dalam program revitalisasi industri pupuk yang dicanangkan Kementerian Perindustrian.
Dirjen Basis Industri Manufaktur Kemenperin Harjanto mengatakan terdapat lima fokus dalam program tersebut.
"Aspek pertama adalah penggantian pabrik urea yang sudah tua, atau lebih dari 25 tahun dan kurang efisien," ujarnya.
Aspek lain adalah pengamanan penyediaan pasokan gas bumi pabrik urea yang ada.
Tercakup pula, imbuh Harjanto, soal pembangunan pabrik pupuk majemuk NPK atau phonska berkapasitas 1,0 juta ton per tahun.
Kemenperin juga fokus terhadap pengembangan pabrik pupuk organik di daerah yang punya potensi bahan baku.
Adapun aspek terakhir yakni soal penerapan standar nasional indonesia (SNI) termasuk pewarnaan pupuk urea dan NPK.