Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KEMENTAN: Setiap Tahun 500.000 Petani Beralih Profesi

Kementerian Pertanian menyatakan setiap tahun 500.000 rumah tangga petani beralih profesi ke bidang pekerjaan lain, karena selalu mengalami kerugian karena berbagai faktor.
Petani memanen jagung di Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (1/1)./Antara-Aloysius Jarot Nugroho
Petani memanen jagung di Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (1/1)./Antara-Aloysius Jarot Nugroho

Bisnis.com, PEKANBARU - Kementerian Pertanian menyatakan setiap tahun 500.000 rumah tangga petani beralih profesi ke bidang pekerjaan lain, karena selalu mengalami kerugian disebabkan berbagai faktor, termasuk akibat tingginya biaya produksi yang meningkatkan rIsiko kerugian.

"Itu adalah salah satu persoalan yang menjadi temuan," kata Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Pertanian (Kementan), Momon Resmono dalam pidato diacara pembukaan Rakernas Perhiptani ke XIV di Hotel Tiga Dara, Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kampar, Rabu (11/3/2015) malam.

Menteri Pertanian selama menjabat 3 bulan terakhir ini, telah berkunjung ke 22 provinsi dan sejumlah kota di Indonesia. Ada lima masalah yang menjadi temuan berkaitan dengan rencana swasembada pangan.

Acara ini dihadiri juga oleh Ketua Umum DPP Perhiptani Isran Noor serta Ketua Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) Perhiptani Riau Jefry Noer yang saat ini juga menjabat sebagai Bupati Kampar. Kemudian dihadiri 60 orang anggota Perhiptani perwakilan 17 provinisi se Indonesia.

Momon Resmono menjabarkan, lima masalah tersebut yang pertama adalah kerusakan infrastruktur terutama pada jaringan irigasi yang mencapai 52%.

Menurut dia, banyak irigasi baik primer maupun skunder tidak tertangani dengan baik setelah sekian lama. Karena itu, melalui revolusi anggaran Kementan, perbaikan jaringan irigasi menjadi skala prioritas termasuk dari dana APBN Perubahan.

"Kementan menargetkan jaringan irigasi kedepan bisa mengairi 3 juta hektare lahan pertanian. Kemudian Kemen PU juga mendukung dengan memperbaiki 49 waduk termasuk jaringan irigasi primer maupun sekunder dengan anggaran yang mencapai Rp4 triliun pada 2015," katanya.

Masalah kedua, lanjutnya, adalah persoalan benih karena pada 2014 realisasi benih secara nasional tidak lebih dari 20%. "Jadi bisa bayangkan, 80% anggaran yang disediakan pemerintah tak terserap baik oleh para petani dan pihak-pihaknya yang terlibat dalam sektor pertanian," katanya.

Masalah ketiga adalah ketersediaan pupuk terutama untuk memenuhi enam tempat di Jawa Tengah dimana sempat masuk distributor pupuk ilegal, yang tadinya subsidi kemudian diubah menjadi pupuk non subsidi sehingga mendatangkan kerugian besar bagi petani.

Untuk mengatasinya, Kementan bekerjasama dengan TNI/Polri hingga telah berhasil menangkap para pelakunya.

Masalah keempat adalah tenaga kerja. Pada 2003 berdasarkan data Biro Pusat Statistik ada 31 juta tenaga kerja di sektor pertanian, tetapi pada 2013, tinggal 26,5 juta orang sehingga rata-rata setiap tahun rumah tangga petani yang beralih profesi mencapai 500.000 rumah tangga.

Hal itu yang kemudian menurut dia mengakibatkan pada saat tanam atau panen negara ini kekurangan tenaga kerja, sehingga sekarang harus dioptimalkan peranan petani dan alat yang ada untuk sektor pertanian.

"Masalah terakhir adalah persoalananya ada di Perhiptani. Yakni belum optimalnya peran penyuluhan dalam program-program pertanian. Dan di sinilah saya berharap Perhiptani untuk meningkatkan peran penyuluhan dalam mendukung program-program pertanian," katanya.

Pihaknya juga meminta peranan setiap pemerintah daerah dalam mendukung rencana swasembada pangan di tanah air. "Termasuk Kampar yang sejauh ini memang telah menjalankan program-program pertanian berkualitas," katanya.

Bupati Kampar Jefry Noer yang juga Ketua DPW Perhiptani mengatakan pihaknya siap untuk swasembada pangan bahkan telah menjalankan berbagai program jauh sebelum era kepemimpinan Presiden Joko Widodo. []


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper