Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian memastikan kendati salah satu sektor, seperti makanan dan minuman olahan terdampak depresiasi rupiah, tetapi industri agro keseluruhan tetap aman.
Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan neraca perdagangan sektor ini tetap surplus.
“Kalau ke agro keseluruhan seharusnya dampak [depresiasi rupiah] bagus, karena ekspor kita US$35 miliar, sedangkan impornya US$11 miliar,” tutur dia, di Jakarta, Rabu (11/3/2015).
Justru kondisi yang ada seharusnya dapat dimanfaatkan untuk melambungkan ekspor sektor agro karena transaksinya pakai dolar. Komoditas agro yang diuntungkan dari penguatan dolar ini, salah satunya pengolahan berbasis minyak sawit, kakao, dan karet.
Panggah membenarkan bahwa impor bahan baku meski dikurangi, tetapi ini bukan berati tidak ada impor sama sekali.
Selama perdagangan tercatat surplus maka pembelian dari luar negeri bukan ancaman. Yang mesti diperhatikan adalah sektor yang perdagangannya melulu defisit.
“Kita kan bukan mau jadi swasembada semuanya. Kalau ada yang memang harus diimpor ya impor. Kata kuncinya itu nilai tambah, jadi kalau ekspor masih positif ya tidak masalah,” ujarnya.
Kementerian Perindustrian mematok pendapatan ekspor dari industri pengolahan nonmigas berbasis agro mencapai US$35,42 miliar sepanjang tahun ini.