Bisnis.com, WASHINGTON - Sepekan menjelang pertemuan Fed Open Market Committee (FOMC), tekanan menaikkan suku bunga kian kuat. Terakhir, dua gubernur Federal Reserve menilai kenaikan suku bunga tak perlu menanti pencapaian target ekonomi.
Gubernur the Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan data perekonomian telah mengkonfirmasi penguatan Amerika Serikat kendati inflasi dan pertumbuhan gaji belum memenuhi target bank sentral.
Saya merasa nyaman dengan kenaikan suku bunga pada paruh pertama tahun ini, kata Mester dalam pidatonya. Secara lebih rinci, dia bahkan memprediksi kenaikan pertama suku bunga acuan berkisar seperempat percentage point.
Tahun ini, Mester tak memiliki hak suara untuk menentukan arah kebijakan moneter AS dalam pertemuan FOMC. Adapun, FOMC terdekat digelar pada 17-18 Maret. Pasar berekspektasi the Fed akan berhenti bersikap sabar terkait penentuan momentum kenaikan Fed funds rate, yang telah ditahan pada level nyaris 0% sejak 2008.
Sementara itu terkait inflasi, yang masih berkutat pada 1,6% sepanjang 2014 dia meyakini akhir tahun depan inflasi akan terakselerasi. Angka itu cukup meyakinkan.
Sejarah mencatat inflasi akan menanjak seiring dengan pertumbuhan ekonomi, katanya. Otoritas moneter AS itu menginginkan inflasi mencapai 2% per tahun untuk memastikan konsumsi tetap kuat sebelum mengetatkan suku bunga.
Pada hari yang sama, Gubernur the Fed Dallas Richard Fisher memandang inflasi akan terakselerasi begitu harga energi kembali ke level normalnya sementara tingkat pengangguran diestimasikan menciut hingga 4,5% pada penghujung 2015.
Dia menambahkan jika melihat rekam jejak, setiap kali the Fed mengetatkan kebijakan moneter setelah mencapai target pada sektor ketenagakerjaan (full employment) hal itu justru menggiring perekonomian pada resesi.
Dengan kondisi itu, Fisher menilai kenaikan suku bunga yang lebih cepat justru akan mengurangi tekanan pengetatan moneter terhadap perekonomian. Lebih baik FOMC menaikkan bunga lebih awal dan bertahap dibandingkan terlambat dan lebih tajam, katanya. []