Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gunung Steel Group Bangun Blast Furnace US$200 Juta

Gunung Steel Group membangun blast furnace senilai US$200 juta berkapasitas 750.000 ton hot metal per tahun yang siap beroperasi pada Maret 2016.
Pabrik baja /Bisnis.com
Pabrik baja /Bisnis.com

Bisnis.com, CIKARANG—Gunung Steel Group membangun blast furnace senilai US$200 juta berkapasitas 750.000 ton hot metal per tahun yang siap beroperasi pada Maret 2016.

Direktur Marketing PT Gunung Steel Group Chairuddin mengatakan hadirnya peleburan biji besi ini akan menggandakan kapasitas produksi menjadi 2 juta ton per tahun. Menurutnya, fasilitas blast furnace akan dipergunakan untuk membuat slab dan plat baja PT Gunung Raja Paksi.

Saat ini, total kapasitas produksi PT Gunung Garuda dan PT Gunung Raja Paksi sebesar 1,3 juta ton per tahun. Sayangnya, saat ini utilitas kedua pabrik hanya sebesar 30% dan melakukan aktivitas produksi 10 hari dalam 1 bulan.

"Lokasinya akan jadi satu agar terintegrasi, lagipula limbahnya juga bisa dikelola dengan baik. Setelah smelter tahap pertama selesai, kami juga akan membangun tahap kedua dengan kapasitas produksi yang sama," tuturnya di sela-sela Kunjungan Menteri Perindustrian di Kawasan Industri Gunung Steel Group, Kamis (26/2/2015).

Sebelum fasilitas peleburan tersebut hadir, Gunung Steel memproduksi plat dan slab menggunakan besi tua. Nantinya, bahan baku akan biji besi akan diambil dari Kalimantan, Padang, Jambi dan Aceh.

Dia mengharapkan dengan hadirnya blast furnace maupun peningkatan produksi industri baja lainnya, pemerintah memberikan pendampingan dan fasilitasi industri.

"Biaya energi tinggi, cost produksi meningkat dan belum lagi hadirnya produk impor. Sekarang ini, kalau tidak mengikuti aturan kami salah, tetapi kalau mengikuti cost-nya juga terlalu tinggi," katanya.

Chairuddin mengatakan guna menyelamatkan industri baja nasional pemerintah harus mengeluarkan kebijakan-kebijakan stategis, seperti kemudahan perizinan dan peningkatan tarif bea masuk impor.

Dia menambahkan dengan dimasukkannya slag baja dalam kategori limbah B3, biaya produksi baja semakin membumbung. []

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper