Bisnis.com, JAKARTA—Permintaan kebutuhan bahan baku di empat kelompok industri hulu berbasis mineral tambang setiap tahun bisa tumbuh lebih dari 25% hingga 2035.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Ansari Bukhari mengatakan industri hulu yang dimaksud mencakup sektor besi baja dasar, nikel, tembaga, serta aluminium. Kebutuhan bahan baku dipetakan untuk lima tahunan, yakni 2015 – 2019, 2020 – 2024, dan selama 2025 – 2035.
“Pemanfaatan sumber daya alam untuk perusahaan industri tujuannya harus untuk pendalaman struktur industri, peningkatan nilai tambah, dan memenuhi kebutuhan kegiatan industri,” katanya.
Terhitung mulai tahun ini sampai dengan 2019 kebutuhan bahan baku untuk industri besi baja dasar diperkirakan 20 juta ton per tahun.
Sementara cabang industri hulu lain semisal nikel diramalkan memerlukan 11 juta ton, tembaga 2 juta ton, dan aluminium sekitar 600.000 ton per tahun.
Empat sektor industri hulu berbasis mineral tambang itu dipastikan seluruhnya terus mengalami peningkatan kebutuhan bahan baku hingga 15 tahun mendatang.
Pertumbuhan bervariasi tetapi rerata meningkat lebih dari 25% bahkan ada yang lebih dari 50% setiap tahun.
Sebagai contoh, proyeksi untuk 2020 – 2024 permintaan bahan baku besi baja dasar naik jadi 28 juta ton, nikel 14 juta ton, tembaga 3 juta ton, dan aluminium 1,2 juta ton per tahun.
Adapun selama 2025 – 2035 kebutuhannya mencapai 40 juta ton (besi baja), 17 juta ton (nikel), 4 juta ton (tembaga), dan 2 juta ton (aluminium).
Ansari menyatakan sejalan dengan pertambahan kebutuhan bahan baku tentu kapasitas produksi tahunan juga meningkat. Perkembangan kapasitas produksi terpesat dialami industri aluminium rerata di atas 60% per tahun.
“Kapasitas produksi tahun ini sampai 2019 sebesar 300.000 ton,” ujar Ansari. Kemudian pada 2020 – 2024 menjadi 600.000 ton per tahun, lantas naik lagi menjadi 1 juta ton per tahun selama 2025 – 2035.
Adapun kapasitas produksi nikel sampai 2019 diperkirakan 200.000 ton per tahun lalu naik jadi 250.000 ton (2020-2024), dan mencapai 300.000 ton (2025-2035). Untuk industri tembaga dari 500.000 ton naik jadi 750.000 ton lantas menyentuh 1 juta ton.
Dengan urutan periodesitas yang sama ruang industri aluminium mampu memproduksi 300.000 ton per tahun (2015 – 2019). Kemudian merangkak ke level 600.000 ton, hingga akhirnya mencapai 1 juta ton.