Bisnis.com, JAKARTA - Chairman of Global Counsel Lord Mandelson menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia setelah Pemilu 2014 menunjukkan tren positif sekaligus berpotensi membuka peluang bisnis baru. Apalagi, pemerintah baru memasang target ambisius meningkatkan ekspor sebesar 300% untuk periode lima tahun ke depan.
Kendati demikian, Indonesia menghadapi permasalahan terkait ketersediaan pasokan barang untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan luar negeri.
"Langkah utama menguatkan pasar dalam negeri adalah membangun infrastruktur untuk mengintegrasikan satu pulau dengan pulau lain. Terkait perdagangan luar negeri, saya menilai Indonesia sebaiknya tidak sekadar memasuki Asean, tetapi meningkatkan penetrasi ke pasar global yang lebih luas," ujarnya di sela-sela acara Indonesia's Future in Global Supply Chain: The Challenge for Indonesia's New Government, Kamis (12/2/2015).
Mantan Komisioner Perdagangan Uni Eropa tersebut menjelaskan problema lain yang menghadang pertumbuhan perdagangan Indonesia adalah sisi pasokan. Strategi pemerintah untuk mengurangi ekspor komoditas primer dinilai tepat. Indonesia memang sebaiknya mulai memfokuskan memproduksi barang bernilai tambah, misalnya mengembangkan industri manufaktur dan jasa.
Menurutnya, permasalahan yang dihadapi Indonesia terkait supply dan demand, tak akan terpecahkan jika pemerintah hanya mengandalkan industri dalam negeri. Pasalnya, pemerintah masih memiliki pekerjaan rumah untuk membuat kebijakan yang berorientasi pada kebutuhan di dalam negeri.
Pasalnya, sebagai negara yang tengah mengembangkan value chain dan kebutuhan infrastruktur, Indonesia harus mampu memperluas perdagangan komoditas unggulan dan jasa yang memiliki nilai tambah.
Tak lupa, Pemerintah juga harus berkompetisi memperebutkan modal tetap (fixed capital), seperti negara berkembang pada umumnya. Namun, dia mempertanyakan seberapa siap Indonesia untuk bersaing memperebutkan foreign direct investment (FDI) di tengah sengitnya persaingan global saat ini.
"Banyak orang menganggap dengan mempermudah masuknya FDI akan merusak bisnis produsen dalam negeri. Namun, persepsi sangat dangkal. Saya berpendapat FDI bisa diminimalisir jika pemerintah beroritentasi mengejar kinerja ekspor di masa mendatang."