Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Alasan Eksportir Rumput Laut Tak Setujui Penghiliran Industri

Penghiliran komoditas rumput laut dinilai masih jauh dari kata siap dan justru bisa menjadi hambatan bagi para pengekspor untuk meningkatkan pertumbuhan nilai ekspor.
Kemampuan penyerapan maksimal komoditas rumput laut di industri dalam negeri baru mencapai 100.000 ton. Padahal, produksi rumput laut Indonesia mencapai 1 juta ton dalam bentuk rumput laut kering./Ilustrasi Panen rumput laut-Bisnis
Kemampuan penyerapan maksimal komoditas rumput laut di industri dalam negeri baru mencapai 100.000 ton. Padahal, produksi rumput laut Indonesia mencapai 1 juta ton dalam bentuk rumput laut kering./Ilustrasi Panen rumput laut-Bisnis
Bisnis.com, JAKARTA – Penghiliran komoditas rumput laut dinilai masih jauh dari kata siap dan justru bisa menjadi hambatan bagi para pengekspor untuk meningkatkan pertumbuhan nilai ekspor.
 
Ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) Safari Azis meminta meminta pemerintah untuk mengkaji ulang program penghiliran komoditas rumput yang dinilai masih belum cukup siap menampung produksi rumput laut Indonesia.
 
“Hilirisasi serapannya masih kecil, itu nanti akan melumpuhkan pertumbuhan yang terjadi saat ini. Ekspor naik terus kurang lebih 10%, lalu diganggu  dengan program hilirisasi dengan cara melarang ekspor barang baku,” kata Safari Azis, Jumat (6/2/2015).
 
Pertumbuhan volume ekspor rumput laut pada Januari-Oktober 2014 mengalami peningkatan sebesar 15% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2013. Sementara itu, nilai ekspornya mengalami peningkatan lebih besar, yaitu 40%.
 
Azis menyebutkan, kemampuan penyerapan maksimal komoditas rumput laut di industri dalam negeri baru mencapai 100.000 ton. Padahal, produksi rumput laut Indonesia mencapai 1 juta ton dalam bentuk rumput laut kering. Jika, hanya mengandalkan serapan dalam negeri, akan ada sekitar 900.000 ton rumput laut yang tidak terpakai.
 
Selama ini produksi rumput laut Indonesia memang ditujukkan untuk pasar luar negeri. Pembudidayaan rumput laut di Indonesia, menurutnya, dilakukan untuk menciptakan ketergantungan terhadap bahan baku dari Indonesia.  
 
“Nilai tambah memang bagus. Namun, jangan sampai jadi bottleneck, yang artinya volume produksinya besar tapi tahu-tahu pasarnya menyempit. Rumput laut belum siap untuk hilirisasi, jangan dipaksakan,” ujarnya.
 
Menurut Azis, selama ini ada kekeliruan mengenai pengembangan nilai tambah yang menganggap bahwa rumput laut bisa diolah menjadi lebih dari 500 produk. Kenyataannya, rumput laut hanya digunakan sebagai bahan pendukung untuk pengenyal atau pengemulsi di antara bahan-bahan lainnya.
 
Di sisi lain, para pengusaha dalam negeri masih belum biasa menggunakan rumput laut sebagai bahan campuran untuk pengenyal maupun pengemulsi. Mereka masih menggunakan bahan lain seperti gelatin, tapioka, maupun bahan-bahan kimia yang harganya lebih murah.
 
“Memang rumput laut itu paling aman. Kalau gelatin kan dari ternak, dari tulang sapi tapi kita nggak tahu sapinya dari sapi antrax atau dari mana. Kalau di luar negeri memang rumput laut digunakan sebagai bahan pengenyal, tapi di Indonesia pakai bahan yang lain yang lebih murah,” kata Azis.
 
Penghiliran rumput laut, menurutnya, harus dipersiapkan dengan benar. Karena industri pengolahan komoditas tersebut juga masih tergantung impor, baik dalam bentuk barang modal maupun bahan baku berupa bahan kimia yang masih cukup mahal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Avisena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper